Pemungutan suara parlemen adalah yang pertama kali digelar di negara bekas republik kecil Yugoslavia sejak mantan pemimpin Partai Sosialis Demokrat (DPS), Milo Djukanovic kalah dalam pemilihan presiden April lalu setelah memimpin selama 30 tahun.
Komisi pemilihan Montenegro mengatakan 15 partai dan aliansi akan memperebutkan 81 kursi parlemen di negara berpenduduk lebih dari 620.000 orang itu.
Tempat pemungutan suara untuk 540.000 pemilih telah dibuka sejak pukul 7 pagi dan ditutup pada pukul 8 malam waktu setempat.
"Rakyat berharap pemerintahan baru dapat segera menerapkan reformasi ekonomi, meningkatkan infrastruktur dan membawa Montenegro lebih dekat ke keanggotaan Uni Eropa," bunyi laporan tersebut seperti dimuat
The Star.
Selama bertahun-tahun, Montenegro terpecah menjadi dua kubu, di mana kubu pertama adalah yang menolak pemisahan negara itu dengan persatuan Serbia 2006 lalu, dan kubu lainnya yang setuju menjadi negara independen serta berminat masuk Uni Eropa.
Hasil survei yang dikeluarkan Pusat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (CEDEM) bulan lalu menempatkan partai pro-European Movement Europe Now (PES) yang juga mendukung hubungan lebih dekat dengan Serbia memimpin dengan 29,1 persen suara.
Ini berkaitan erat dengan kemenangan Jakov Milatovic dari PES dalam Pilpres April lalu.
Jajak pendapat CEDEM menempatkan DPS yang pro-Uni Eropa berada di tempat kedua dengan dukungan 24,1 persen dan nasionalis Serbia, Front Demokratik pro-Rusia (DF) di tempat ketiga dengan 13,2 persen.
Montenegro adalah kandidat untuk bergabung dengan UE, tetapi mereka harus mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan membasmi korupsi, nepotisme, dan kejahatan terorganisir.
Sejak invasi Rusia-Ukraina meletus tahun lalu, Montenegro tidak mengambil sikap seperti Serbia. Negara itu justru bergabung dengan Uni Eropa dan menjatuhkan sanksi pada Moskow.
Saat ini Montenegro telah dicap sebagai negara tidak bersahabat oleh Rusia.
BERITA TERKAIT: