Pada Kamis (8/6) pagi waktu setempat, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan kecamannya terhadap serangan yang menyasar kantor diplomatik serta tempat tinggal staf kedutaan.
“Kerajaan mengecam sabotase dan perusakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok bersenjata terhadap kantor kedutaan dan kediaman staf kedutaan kami,” tulis Saudi Press Agency (SPA), yang mengutip kementerian.
Arab Saudi menolak secara tegas segala bentuk kekerasan dan sabotase terhadap misi dan perwakilan diplomatik mereka.
Untuk itu, seperti dimuat
Alarabiya, Riyadh menekankan kepada pihak Sudan untuk dapat segera mengatasi masalah tersebut, dan menyelesaikan konfliknya dengan kelompok-kelompok bersenjata yang mencoba merusak kembalinya keamanan dan stabilitas Sudan.
Arab Saudi sebelumnya menjadi salah satu negara yang telah menjembatani penyelesaian konflik antara militer dan paramiliter Rapid Support Force (RSF) di Sudan, dengan menghasilkan penandatangan Deklarasi Jeddah bersama dua pihak yang bertikai, untuk melakukan gencatan senjata dan melindungi warga sipil.
Namun, deklarasi tersebut telah dilanggar, dengan masih adanya peperangan yang dilanjutkan, meski kesepakatan itu telah ditandatangani.
Di samping itu pada ada awal bulan ini, militer Sudan juga telah memutuskan untuk keluar dari kesepakatan tersebut, karena menuding paramiliter RSF terus melakukan pelanggaran dari deklarasi itu.
Pada Rabu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang sedang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan di Riyadh membahas berbagai masalah bilateral, regional, dan global, termasuk mencapai kesepakatan antar kedua negara untuk kembali melanjutkan kerja sama yang kuat dalam mengakhiri pertempuran di Khartoum.
BERITA TERKAIT: