Pasalnya, selain banyak mendapat kecaman dari negara tetangga Pasifik, air yang terkontaminasi nuklir itu harus lebih dulu menjalani serangkaian penelitian untuk memastikan tidak ada risiko ancaman apa pun yang akan merusak ekosistem laut dan manusia.
Untuk memeriksa keamanan dari rencana Jepang, Ketua Komisi Keselamatan dan Keamanan Nuklir Korea Selatan, Yoo Guk-hee bersama tim telah mengunjungi Stasiun nuklir Fukushima Daiichi.
Mereka berupaya meninjau apakah Jepang memiliki rencana pembuangan yang tepat dari sudut pandang ilmiah dan teknologi.
Dalam laporannya, Yoo menyebut telah ada kemajuan dalam pemeriksaan fasilitas dan pengamanan sampel dokumen, tetapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mencapai kesimpulan tentang keamanan air.
"Analisis dan pemeriksaan rinci tambahan diperlukan," ujarnya seperti dimuat
Wion News pada Rabu (31/5).
Selama perjalanan enam hari, tim Korea Selatan yang beranggotakan 21 orang itu berfokus pada pemurnian air, transportasi dan peralatan pelepasan, serta fasilitas pengambilan sampel dan analisis.
Kunjungan para ilmwuan Korea Selatan dilakukan hanya beberapa hari setelah Presiden Yoon Suk-yeol mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Seoul pada Mei lalu.
Selain negara tetangga Jepang, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga sedang melakukan tinjauan keselamatan atas pembuatan air nuklir dan akan mengumumkan hasilnya dalam beberapa minggu mendatang.
BERITA TERKAIT: