Ratusan ribu penonton diperkirakan akan berbaris di sisi Sungai Seine sepanjang 6 km untuk menyaksikan delegasi nasional berlayar dengan armada kapal dari Jembatan Austerlitz ke kaki Menara Eiffel.
Di antara kemeriahan itu, Olimpiade Musim Panas 2024 yang akan berlangsung pada 26 Juli terasa jauh lebih mencekam, menyusul perkembangan perang Rusia dan Ukraina yang kian menegang.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin pada Selasa (23/5) mengatakan ada berbagai risiko keamanan yang akan dihadapi olimpiade Prancis, mulai dari serangan drone, serangan dunia maya, hingga aktivis iklim dan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Oleh karenanya, kata Darmanin, sebagai tuan rumah Prancis berusaha mengamankan perhelatan olahraga internasional itu dengan mengerahkan 35.000 agen keamanan dan militer.
"Kedatangan pesawat tak berawak yang sarat dengan bahan peledak di medan operasi sipil adalah hal baru. Belum ada kepastian ancaman ini akan terwujud, tetapi kita telah mengantisipasi ini," ungkap Darmanin, seperti dimuat US News.
Lebih lanjut, Darmanin mengatakan pihaknya telah meminta Komisi Eropa agar mengizinkan Prancis kembali menerapkan kontrol perbatasan bagi orang-orang yang datang dari negara-negara di dalam Wilayah Schengen bebas paspor, yang memungkinkan pergerakan orang tanpa batas.
"Komisi Eropa tidak diragukan lagi akan mengabulkan permintaan Prancis, tetapi Paris masih menunggu tanggapan," ujarnya.
Darmanin memperkirakan akan ada lebih dari 600.000 orang yang akan menghadiri acara pembukaan Olimpiade, termasuk 100.000 orang yang bersedia membayar hingga 2.700 euro atau Rp 43 juta masing-masing untuk mendapatkan kursi VIP di tepi sungai.
Terlepas dari ancaman drone, menurut Walikota Paris, Anne Hidalgo acara terbesar seperti olimpide tahunan akan menarik banyak orang untuk datang ke perhelatan besar tersebut, dan pasti ada saja pihak-pihak yang ingin menghancurkannya.
BERITA TERKAIT: