Namun transaksi pembelian senjata tidak pernah terungkap secara gamblang karena dilakukan secara tertutup dan terorganisir.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, kelompok tentara bayaran Wagner memiliki andil besar dalam distribusi pasokan senjata tersebut.
Juru bicara Deplu AS Matthew Miller menyebut Wagner bersedia menggunakan dokumen palsu untuk membeli sistem militer dari pemasok asing yang tidak disebutkan namanya. Kemudian mengirimkan senjata itu ke Rusia melalui Mali.
"Ada indikasi bahwa Wagner telah berusaha membeli sistem militer dari pemasok asing dan mengirimkan senjata ini melalui Mali sebagai pihak ketiga,” ujarnya, seperti dimuat
US News pada Senin (22/5).
Miller mengatakan, meski belum melihat skema itu benar-benar diterapkan secara langsung, tetapi pihaknya akan tetap memantau situasi secara cermat.
Sejak akhir 2021 lalu, negara-negara Barat telah menyuarakan keprihatinan atas aktivitas Wagner di Mali yang semakin signifikan.
Rusia mengklaim kehadiran Wagner di Mali bukan sebagai tentara bayaran melainkan pelatih yang membantu pasukan lokal dengan peralatan yang dibeli dari Moskow untuk memberantas pemberontakan jihadis.
BERITA TERKAIT: