Komitmen Jenderal Jitkaewthae itu disampaikan pada Jumat (12/5), di tengah banyaknya kekhawatiran bahwa partai yang didukung oleh militer akan menerima kekalahan telaknya dan melakukan kudeta.
Namun jenderal itu telah memastikan kekuasaan militer tidak akan kembali di negara itu, meskipun tentara telah merebut kekuasaan sebanyak belasan kali di Thailand dalam satu abad terakhir, terakhir pada tahun 2014 lalu.
“Seharusnya tidak ada (kudeta) lagi. Bagi saya, kata ini harus dihapus dari kamus,” ujarnya.
Ia menggambarkan bahwa kudeta di masa lalu sangat negatif dan tidak ingin diulang kembali.
Seperti dimuat
Malaymail, dalam jajak pendapat, partai Pheu Thai yang digawangi oleh putri dari mantan PM Thaksin Shinawatra lebih unggul daripada partai aliran konservatif yang didukung penuh militer dan PM Prayut Chan-O-cha.
Akan tetapi, meski selalu unggul dalam jajak pendapat, dan dapat merebut kursi mayoritas di majelis rendah, calon Pheu Thai belum tentu dapat menduduki kursi PM.
Dalam pemilu yang akan berlangsung Minggu (14/5), penentuan orang nomor satu di Thailand diputuskan lewat pemungutan suara oleh 500 anggota parlemen dan 250 anggota senat, yang mayoritas anggota senat ditunjuk oleh junta yang mendukung Prayut.
BERITA TERKAIT: