Oleh sebab itu, banyak ahli ekologi Australia termasuk Katherine Moseby menyarankan untuk memusnahkan sebagian populasi kanguru, sehingga kematian akibat kelaparan dapat diminimalisir.
Moseby menceritakan bagaimana bencana kekeringan yang terakhir kali terjadi memusnahkan 80-90 persen populasi kanguru di berbagai daerah.
"Mereka mati kelaparan, pergi ke toilet umum dan makan tisu toilet, atau berbaring di jalan karena kelaparan," ungkapnya, seperti dikutip dari
CNA News pada Rabu (10/5).
Menurutnya cara paling baik untuk menyelamatkan kanguru dari nasib ini adalah dengan menembak mereka, dan memanen dagingnya, sebagai cara untuk menjaga jumlah tetap terkendali.
“Itu menekan jumlahnya. Jika kita melihat mereka sebagai sumber daya dan mengelolanya seperti itu, kita tidak akan mendapatkan kematian yang mengerikan seperti yang kita lihat,” jelas Moseby.
Kanguru dilindungi di Australia, tetapi spesies yang paling umum tidak terancam punah. Ini memungkinkan mereka dapat ditembak dan dibunuh di sebagian besar yurisdiksi, tetapi tetap dengan izin pemerintah.
Setiap tahun, sebanyak lima juta kanguru ditembak untuk didistribusikan ke industri rumahan, yang menjadikan mereka sebagai produk daging, makanan hewan, dan kulit.
Aktivis hak-hak hewan mengecam pemusnahan komersial sebagai "pembantaian kejam". Raksasa pakaian olahraga global seperti Nike dan Puma pernah dikecam karena menggunakan kulit kanguru untuk produknya.
Kendati demikian, menurut seorang peneliti terkemuka di bidang manajemen kanguru, George Wilson, tidak etis membiarkan kanguru tetap hidup dengan populasi banyak hingga mati kelaparan.
Menghentikan operasi pengolahan kanguru justru dinilai Wilson akan membuat kondisi semakin buruk.
BERITA TERKAIT: