Hal itu disampaikan Wakil Presiden untuk Nilai dan Transparansi di UE, Vera Jourova dalam cuitannya di Twitter, dengan mengatakan platform tersebut secara signifikan telah memperkuat disinformasi yang didukung Rusia, China, dan Iran.
"Bagi saya ini adalah sinyal bahwa Twitter gagal memenuhi komitmennya terhadap Kode anti-disinformasi," ujarnya.
Dimuat
Gulf Today pada Kamis (27/4), media sosial berlambang burung biru itu sebelumnya merupakan salah satu dari 19 platform teknologi yang tunduk pada pengawasan terpusat UE berdasarkan Undang Undang Layanan Digital (DSA) yang baru, untuk memitigasi risiko seperti disinformasi.
Akan tetapi, kini media sosial tersebut dianggap tidak lagi mematuhi dan menghormati Pedoman DSA, yang akan mengundang hukuman penarikan UE sebesar 6 persen dari omzet tahunan global mereka.
"Ini adalah ujian terpenting untuk menunjukkan bahwa Twitter harus serius dalam menghormati Pedoman dan pada akhirnya mematuhi DSA," tambah Jourova.
BERITA TERKAIT: