Begitu yang diucapkan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, sebagai negara yang sering menjadi pengkritik vokal rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Menurut perdana menteri itu, banyak yang memperkirakan bahwa Suriah akan kembali ke Liga Arab dalam pertemuan puncak pada Mei 2023 mendatang. Namun, nyatanya pembicaraan itu belum ada yang mengusulkan hingga kini.
"Itu semua spekulasi, tentang Suriah kembali di Liga Arab, sebenarnya keputusan itu ada di tangan rakyat Suriah sendiri," kata Al-Thani dalam wawancaranya di televisi.
"Posisi Qatar jelas bahwa ada alasan untuk menangguhkan keanggotaan Suriah, dan alasan ini masih ada," tambahnya.
Dimuat
The New Arab, Jumat (14/4), Suriah telah diskors dari Liga Arab sejak 2011 lalu, setelah presiden Assad memerintahkan tindakan brutal terhadap para kelompok pro-demokrasi yang menewaskan ratusan ribu orang, yang telah dikecam oleh negara-negara lain, termasuk Qatar.
Berdasarkan penilaian Al-Thani, meski perang telah berhenti di negara itu, tetapi rakyat Damaskus masih banyak yang terlantar, sehingga ia menginginkan solusi politik yang jelas, sebelum mereka dapat kembali ke Liga Arab.
"Kami tidak mengambil langkah apa pun tanpa solusi politik, dan setiap negara memiliki keputusan dan hak berdaulatnya sendiri," tegasnya.
Menanggapi penegasan dari Qatar ini, oposisi pemerintah Damaskus, Koalisi Nasional Suriah memuji sikap Qatar yang terus berkomitmen menolak rezim Assad yang brutal.
"Kami menghargai posisi Qatar yang tegas, yang menolak normalisasi dengan rezim Suriah, karena masih banyak rakyat yang menderita pahitnya pemindahan, pengeboman dan penahanan hingga hari ini," kata koalisi dalam pernyataannya.
BERITA TERKAIT: