Di tengah ketegangan global, tiga pemimpin top membuat langkah baru yang cukup mengejutkan, yaitu selain mempromosikan perdamaian dan penyelesaikan konflik Ukraina, juga mengembangkan hubungan perdagangan Eropa dengan Beijing, sebagaimana harapan Macron.
Francesco Sisci, seorang profesor di Pusat Studi Eropa Studi di Renmin University of China yang berbasis di Beijing, mengatakan kepada
TASS dalam sebuah wawancara pada Jumat (7/4) bahwa meskipun China dan Eropa, utamanya Prancis, pada awalnya tidak memiliki rasa antusias untuk membuka hubungan, saat ini kedua negara mencoba untuk menyatukan misi mereka.
"Kunjungan itu menarik," kata Sisci, menyoroti pertemuan Xi dengan Macron dan von der Leyen yang berlangsung pada Kamis.
"Ini membuka babak baru dalam hubungan Eropa dengan China. Apa yang terjadi pada dasarnya adalah tindakan penyeimbangan, walau tanpa rasa antusias (yang ditunjukkan oleh para pihak) sebelumnya," katanya.
Dinginnya hubungan antara China dan AS juga belum mereda, tetapi Eropa telah membuat langkah baru dengan mengunjungi China dan meminta dialog dengan Xi terkait banyak hal.
Macron tiba di China dalam kunjungan kenegaraan pada Rabu. Presiden Komisi Eropa tiba di China pada waktu yang sama.
Presiden China Xi Jinping mengadakan pembicaraan dengan Macron dan von der Leyen di Beijing pada Kamis. Masalah penyelesaian krisis Ukraina adalah salah satu topik utama yang dibahas dalam pembicaraan antara pemimpin China dan tokoh politik senior Eropa.
BERITA TERKAIT: