Dalam laporan terbaru yang dikeluarkan Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) pada Kamis (6/4) terlihat penambahan kasus infeksi, dengan kematian yang menurun.
Dari 20 hingga 26 Maret, Nigeria telah mengonfirmasi 39 kasus positif demam Lassa, dengan dua meninggal dunia, turun dari 14 kematian pada minggu lalu.
"Secara kumulatif dari minggu pertama hingga minggu ke-12 di tahun 2023, 144 kematian telah dilaporkan dengan tingkat kematian 17,5 persen, lebih rendah dari kematian untuk periode yang sama 2022 (18,6 persen)," kata laporan tersebut.
Menurut NCDC, 98 desa yang tersebar di 24 negara bagian telah mencatat setidaknya satu kasus. Sebanyak 72 persen dari semua kasus yang dikonfirmasi dilaporkan berasal dari tiga negara bagian Ondo, Edo, dan Bauchi.
Berdasarkan laporan yang dimuat
All Africa pada Jumat (7/4), demam Lassa dapat tertular dengan mudah melalui kontak dengan makanan atau barang rumah tangga yang terkontaminasi oleh urin atau feses tikus Mastomys yang terinfeksi.
Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, melemahnya tubuh, batuk, mual, muntah, diare, nyeri otot, nyeri dada, hingga dalam kasus yang parah dapat menyebabkan pendarahan.
Sejauh ini NCDC sendiri mengakui masih banyak kekurangan dalam menanggapi virus ini, karena lambatnnya penanganan, biaya pengobatan yang mahal, serta lingkungan yang buruk.
BERITA TERKAIT: