Peristiwa nahas bermula saat mobil personel MINUSMA melakukan konvoi dan tidak sengaja menggilas sebuah bom pinggir jalan di Mali tengah yang dirongrong kelompok jihadis.
"Konvoi Pasukan MINUSMA menabrak alat peledak rakitan," kata misi tersebut dalam sebuah tweet yang mengatakan jumlah awal yang tewas adalah tiga orang dan lima lainnya luka parah, seperti dikutip dari
Africa News, Rabu (22/2).
Dengan lebih dari 13.500 personel militer dan polisi, Mali menjadi salah satu tempat misi penjaga perdamaian PBB yang terbesar tetapi juga berbahaya, menderita banyak korban terutama karena bom rakitan.
Pada Januari, kepala PBB Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah laporan bahwa 165 penjaga perdamaian telah tewas dan 687 terluka dalam aksi permusuhan sejak Juli 2013.
Pasukan mencatat ada 548 serangan bom rakitan hingga tanggal laporan tersebut dibuat. Serangan bom rakitan telah merenggut setidaknya 103 nyawa personel MINUSMA dan 638 luka-luka.
Pemberontakan jihadis di Mali dimulai bersamaan dengan pemberontakan yang dilakukan oleh etnis Tuareg yang menuntut pemerintahan sendiri di bagian utara negara itu pada tahun 2012.
Prancis mengirim pasukan untuk memukul mundur pemberontakan, tetapi para jihadis berkumpul kembali dan memperluas ke pusat negara pada tahun 2015.
Dari sana, mereka melakukan serangan berdarah ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso.
BERITA TERKAIT: