Kepergian militer Prancis ditandai dengan upacara penurunan bendera yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Darat Burkina Faso, Kolonel Adam Nere dan Letnan Kolonel Prancis, Louis Lecacheur.
Upacara digelar di pinggiran ibukota Ouagadougou pada Sabtu (18/2), dan diikuti oleh 400 pasukan khusus Prancis di bawah satuan tugas yang disebut Saber.
Dimuat
AFP, hubungan diplomatik yang memburuk dengan Prancis membuat Perdana Menteri Burkina Faso Apollinaire Kyelem lebih memilih Rusia sebagai mitra militer utama dalam memerangi jihadis.
Oleh sebab itu, junta yang berkuasa di Burkina Faso pada bulan lalu menuntut pasukan Prancis segera ditarik dari negaranya dalam waktu empat minggu.
Kepergian pasukan Prancis dari Burkina Faso dikhawatirkan dapat meningkatkan pengaruh Rusia, terutama kelompok tentara bayaran Wagner yang bersekutu dengan Presiden Vladimir Putin.
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Burkina Faso telah diguncang oleh pemberontakan jihadis yang meluas dari negara tetangga Mali pada tahun 2015.
Ribuan orang telah terbunuh, sementara lebih dari dua juta orang telah meninggalkan rumah mereka dan sekitar 40 persen wilayah negara berada di luar kendali pemerintah.
BERITA TERKAIT: