Legislator Partai Nasionalis China, Johnny Chiang, mengatakan bahwa pemerintah harus waspada apakah China juga melakukan hal serupa di Taiwan.
"Biro Keamanan Nasional dan Kementerian Pertahanan Nasional harus menyelidiki apakah balon pengawasan dapat digunakan terhadap Taiwan dan bersiap untuk menanggapi tindakan tersebut," Johnny, seperti dikutip dari
Taipei Times, Senin (6/2).
"Penundaan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China sebagai akibat dari insiden tersebut merupakan konsekuensi yang dapat diperkirakan timbul dari persaingan kekuasaan antara kedua negara," tambahnya.
Sebelumnya Pentagon pada Kamis mengatakan telah mendeteksi balon pengintai China yang terbang di atas negara itu yang kemudian ditembak jatuh militer AS.
Beijing, sementara itu mengatakan balon yang diduga mata-mata adalah perangkat meteorologi sipil yang melayang ke wilayah AS setelah diterbangkan.
Kementerian Luar Negeri Taiwan ikut mengutuk China, mengatakan bahwa perilaku Beijing melanggar hukum internasional dan tidak dapat diterima oleh komunitas negara beradab.
"China harus menghentikan semua kegiatan yang melanggar kedaulatan negara lain atau menyebabkan ketidakstabilan di kawasan itu," kata Kementerian.
Perdana Menteri Taiwan Chen Chien-jen mendesak Tiongkok untuk menghormati kedaulatan wilayah udara negara lain, karena hal itu akan memfasilitasi perdamaian, saling membantu, dan kerja sama antar negara.
Lu Yeh-chung, seorang profesor di Departemen Diplomasi Universitas Nasional Chengchi, mengatakan bahwa insiden balon tersebut menunjukkan kurangnya kepercayaan yang ekstrim antara AS dan China.
"Kedua negara kemungkinan akan tetap terkunci dalam persaingan untuk beberapa waktu," kata Lu, menambahkan bahwa pembatalan kunjungan Blinken ke China mengisyaratkan perselisihan di bawah meja lainnya yang mungkin terjadi antara AS dan China.
Direktur Jenderal Biro Cuaca Pusat Taiwan Cheng Ming-dean mengungkapkan bahwa peristiwa munculnya balon yang dicurigai sebagai alat pengintai bukan kali pertama terjadi. Balon serupa juga terlihat di Prefektur Miyagi Jepang pada Juni 2020, meskipun tidak ada negara yang mengklaim kepemilikan pesawat tersebut pada saat itu. Kemudian muncul balon lain pada 2021 di atas Taipei.
"Personel biro mengamati balon dengan jenis yang sama melayang di atas Taipei pada September 2021, dan anggota masyarakat melaporkan melihat balon lain pada Maret tahun lalu, kali ini di atas Bandara Internasional Taipei (bandara Songshan)," katanya.
Benda-benda itu berada di dua area selama beberapa jam. Balon cuaca sipil yang umumnya memiliki ukuran lebar 2 meter dan terbuat dari karet biasanya melayang di dekat lokasi peluncuran dan pada ketinggian tidak lebih dari 30 km.
"Balon China yang diamati dalam insiden Taiwan memiliki lebar tidak kurang dari 20m, dan jangkauan serta ketinggiannya menunjukkan bahan yang berbeda digunakan untuk membuatnya," katanya.
BERITA TERKAIT: