Bahkan PBB bekerja sama dengan Universitas Cranfield di Inggris tengah mengembangkan kecerdasan buatan atau
artificial intelligence (AI) untuk pemantauan tersebut.
Dimuat
Khamaa Press, kerja sama tersebut telah disepakati pada Senin (16/1). Dosen Cranfield University, Daniel Simms mengatakan kerja sama pengembangan AI akan berlangsung hingga Juli 2023.
Nantinya AI akan memungkinkan PBB memantau tingkat dan evolusi budidaya opium di Afghanistan.
Pemantauan terhadap Afghanistan tetap dilakukan, sebab PBB memperoleh laporan bahwa pasokan opium dari negara itu masih ada.
Laporan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada 2022 menyebut tanaman opium di Afghanistan adalah yang paling menguntungkan dalam beberapa tahun terakhir, dengan harga yang tinggi.
Sejak mengambil alih Afghanistan, Taliban berjanji untuk melarang penanaman opium poppy dan semua narkotika pada April 2022.
Namun larangan tersebut justru meningkatkan harga opium lebih dari tiga kali lipat, dari 425 juta dolar AS atau Rp 6,4 trilin pada 2021 menjadi 1,4 miliar dolar AS atau Rp 21 triliun pada 2022.
BERITA TERKAIT: