Africa News melaporkan pada Minggu (8/1), sebanyak 46 tentara yang sebelumnya ditahan akhirnya mendapat pengampunan dari Pemerintah Mali dan tiba di tanah air pada Sabtu malam (7/1) waktu setempat.
Para tentara disambut oleh Presiden Pantai Gading Alassane Ouattar sebelum akhirnya memasuki paviliun kepresidenan di bandara tempat keluarga menunggu mereka.
"Saya ingin menyampaikan atas nama seluruh kelompok rasa terima kasih kami yang terdalam atas semua yang telah dilakukan untuk kepulangan kami," kata Letnan Adam Kouassi, salah satu tentara yang sebelumnya ditahan oleh otoritas Mali sesaat setelah mendarat.
Presiden Ouattara pun menyambut hangat kedatangan mereka.
"Saya senang melihat Anda kembali ke tanah Pantai Gading hari ini. Kami bahagia untuk Anda, bahagia untuk kami, bahagia untuk keluarga Anda, bahagia untuk Bangsa," seru pemimpin Pantai Gading itu.
Dengan pengampunan dan kembalinya pasukan, ketegangan antara Mali dan Oantai Gading dipercaya akan mereda, mengingat Presiden Ouattara ingin keluar dari pertikaian diplomatik.
"Jelas, sekarang krisis ini telah berlalu, kami dapat melanjutkan hubungan normal dengan negara saudara Mali, yang membutuhkan kami dan yang juga kami butuhkan. Rakyat Mali adalah saudara kami," presiden Pantai Gading itu.
Para prajurit itu sebelumnya telah ditahan di Mali sejak Juli 2022 dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena dianggap berkonspirasi melawan pemerintah sampai mereka diampuni.
Mali menuduh mereka sebagai tentara bayaran, sementara Pantai Gading dan PBB mengatakan mereka diterbangkan untuk memberikan keamanan cadangan rutin bagi kontingen Jerman dari misi penjaga perdamaian PBB.
BERITA TERKAIT: