Krematorium Dongjiao Beijing, di ujung timur ibu kota China, telah mengalami lonjakan permintaan kremasi dan layanan penguburan lainnya, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ).
"Sejak pembatasan Covid dibuka kembali, kami sudah kewalahan dengan pekerjaan," kata seorang wanita di sebuah klinik.
Wanita itu mengatakan Krematorium Dongjiao, yang dioperasikan oleh pemerintah dan yang telah ditunjuk oleh Komisi Kesehatan Nasional untuk menangani kasus-kasus positif Covid, menerima lebih banyak jenazah dari biasanya sehingga terpaksa kremasi dilakukan pada dini hari dan tengah malam demi mengatur antrian.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, jenazah yang didiagnosis positif Covid atau diduga positif Covid harus segera dikremasi di tungku khusus, tanpa pembalut jenazah atau upacara peringatan.
Peningkatan beban kerja juga berdampak pada kesehatan staf krematorium. Beberapa di antaranya mengalami demam dan terinfeksi virus yang menyebar cepat dalam beberapa hari terakhir.
China menghentikan pembatasan Covid-19 setelah serangkaian aksi demonstrasi mewarnai negara itu. Masyarakat menentang kebijakan nol Covid, yang selama ini diterapkan China sejak pertama kali pandemi virus corona menyebar di negara itu.
Penghentikan pembatasan berdampak buruk dengan angka-angka kasus baru bermunculan lagi. China telah menjaid negara yang kembali ke dalam wabah di mana negara-negara lain telah bebas dari Covid.
"Setelah pelonggaran pembatasan Covid-19, China mengalami lonjakan besar dalam kasus virus corona. Rumah sakit benar-benar kewalahan di China," kata Eric Feigl-Ding, seorang ahli epidemiologi dan ekonom kesehatan.
Ia memperkirakan bahwa lebih dari 60 persen dari penduduk China dan 10 persen dari populasi Bumi, kemungkinan besar akan terinfeksi selama 90 hari ke depan dengan kemungkinan kematian mencapai jutaan.
BERITA TERKAIT: