Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Minggu (16/10) mengatakan bahwa klaim Patten, yang menjabat Perwakilan Istimewa untuk Kekerasan Seksual dalam Konflik dan Sekretaris-Jenderal Tingkat Rendah PBB, tidak masuk akal.
"Seseorang bahkan tidak dapat mengomentari kata-kata Patten secara serius," kata Zakharova, seperti dikutip dari
RT, Senin (17/10).
"Sekali lagi, apa yang kita lihat adalah (cerita) klasik 'sangat mungkin', yang kali ini mencapai tingkat imajinasi yang bengkok," ujarnya, menambahkan bahwa kesimpulan pejabat PBB itu didasarkan pada data yang sulit diverifikasi.
Menurut Zakharova, pejabat PBB itu membuat kesimpulan berdasarkan data terpisah yang disediakan oleh Komisi Penyelidikan Internasional Independen di Ukraina – sebuah kelompok yang dibentuk pada musim semi 2022 berdasarkan resolusi Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
"Rusia belum mengakui mandatnya," kata Zakharova menambahkan.
"Klaim Patten mirip dengan yang dibuat oleh mantan komisaris hak asasi manusia Ukraina, Lyudmila Denisova," kata Zakharova.
Denisova sendiri dipecat dari posisinya pada akhir Mei setelah mosi tidak percaya atas kegagalannya melakukan tugas seperti mengatur koridor kemanusiaan dan pertukaran tahanan di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina.
Belakangan, media Ukraina melaporkan bahwa sebagian besar tuduhan Denisova mengenai “kekejaman seksual†yang dilakukan oleh tentara Rusia di negara itu belum dikonfirmasi oleh jaksa Ukraina.
Reaksi Zakharova dipicu oleh wawancara yang diberikan Patten kepada AFP minggu ini, di mana dia mengklaim bahwa kekerasan seksual adalah "taktik yang disengaja" dan "strategi militer" Rusia, yang bertujuan untuk merendahkan korbannya. Dia bahkan mengklaim bahwa tentara Rusia “dilengkapi dengan Viagra.â€
Zakharova menunjukkan bahwa klaim serupa telah dibuat oleh pejabat Barat di masa lalu.
Pada tahun 2011, misalnya, duta besar AS untuk PBB, Susan Rice, dilaporkan menuduh pemimpin Libya saat itu Muammar Khadafi memasok pasukannya dengan Viagra yang diduga mendorong pemerkosaan massal selama konflik yang pecah menyusul upaya kudeta yang didukung NATO yang berakhir dengan pembunuhan brutal Khadafi.
Pejabat militer dan intelijen AS kemudian mengatakan kepada NBC bahwa tidak ada bukti bahwa militer Libya dipasok dengan Viagra atau terlibat dalam pemerkosaan sistematis di daerah pemberontak.
“Barat menggunakan pola yang sama dalam perang hibridanya,†kata Zakharova mengomentari pernyataan Patten.
BERITA TERKAIT: