Jual Senjata ke Taiwan, CEO Boeing dan Raytheon Terancam Kena Sanksi China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 17 September 2022, 07:46 WIB
Jual Senjata ke Taiwan, CEO Boeing dan Raytheon Terancam Kena Sanksi China
Kementerian Luar Negeri China/Net
rmol news logo   China menjatuhkan sanksi terhadap kepala eksekutif Boeing Defense dan Raytheon atas keterlibatan mereka dalam penjualan senjata ke Taiwan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menjelaskan bahwa penjualan senjata AS ke pulau yang dianggap China sebagai wilayahnya itu sangat melanggar apa yang disebut kebijakan 'Satu China' dan perjanjian yang ada antara AS dan China.

"Untuk mempertahankan kedaulatan dan kepentingan keamanan China, pemerintah China telah memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Gregory J. Hayes, Ketua dan Chief Executive Officer Raytheon Technologies Corporation, dan Theodore Colbert III, Presiden dan Chief Executive Officer Boeing Defense, Space & Security, yang terlibat dalam penjualan senjata terbaru,” kata Mao, seperti dikutip dari AFP, Jumat (16/9).

Mao tidak memerinci  sanksi apa yang akan dijatuhkan.

Penerapan sanksi ini terjadi hanya dua minggu setelah Washington mengumumkan paket senjata senilai 1,1 miliar ke Taiwan, sebuah kesepakatan AS-Taiwan terbesar di bawah pemerintahan Joe Biden.

Media AS melaporkan bahwa Boeing menjadi kontraktor utama untuk rudal anti-kapal Harpoon, sementara Raytheon untuk rudal udara-ke-udara Sidewinder.

Raytheon, bersama dengan Lockheed Martin, telah dikenai sanksi China sejak Februari, ketika Washington mengumumkan penjualan upgrade sistem rudal Patriot senilai 100 juta dolar AS ke Taipei.

Mao mengulangi seruan kepada Washington untuk menghentikan semua pasokan senjata ke Taiwan dan meminta mereka berhenti menciptakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketegangan di Selat Taiwan.

Dia menekankan bahwa negaranya akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan dan kepentingan keamanannya.

AS sementara itu menegaskan bahwa paket senjata terbaru tidak melanggar kebijakan Satu China dan hanya akan membantu Taiwan untuk mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang tepat.

Ketegangan antara AS dan China meningkat setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei pada Agustus. China menanggapi dengan melakukan latihan militer skala besar di dekat pulau itu. Ini, pada gilirannya, mendorong Washington untuk mengirim armada kapal penjelajah ke Selat Taiwan.

Meskipun hubungan tegang dengan China, Senat AS pada Rabu menyetujui RUU yang akan mengalokasikan 4,5 miliar dolar AS untuk membantu menjamin keamanan untuk Taipei empat tahun. rmol news logo article

EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA