Dalam laporan itu, CSHRS mengatakan bahwa AS masih tetap bangga mengakui dirinya sebagai negara Protestan Anglo-Saxon Putih, seperti dikutip dari
CGTN.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa orang Asia-Amerika, Afrika-Amerika, Hispanik, dan penduduk asli Amerika terpaksa tunduk pada diskriminasi dan pelanggaran dalam berbagai bentuk dan tidak dapat sepenuhnya menikmati hak asasi mereka.
Laporan tersebut juga mengaitkan meningkatnya sentimen anti-Asia dengan serangan virus corona rasis dari beberapa politisi AS di awal-awal pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
"Model minoritas" telah membelenggu orang Amerika-Asia, belum lagi beberapa tindakan politisi AS yang secara serius merusak hubungan China-AS.
"Dapat disimpulkan bahwa di era pascapandemi, bahkan jika rasisme anti-Asia dapat mereda, serangan rasial terhadap orang Amerika keturunan Tionghoa akan terus meningkat di bawah pengaruh manipulasi politik anti-China oleh politisi AS," kata laporan itu.
BERITA TERKAIT: