Para hacker ini telah bergabung secara sukarela untuk memperkuat dan berjuang dalam medan perang siber Ukraina terhadap Rusia.
Jumlah peretas kini mencapai 300,000. terhitung hanya 16 hari setelah perekrutan dibuka pada 27 Februari lalu oleh Menteri IT Ukraina, Mykhailo Fedorov lewat platform Twitter.
NetBlocks, sebuah perusahaan yang memantau konektivitas internet global, mengatakan para penyerang siber ini telah berhasil mengganggu situs-situs layanan media milik negara, beberapa bank dan sistem raksasa energi Gazprom di Rusia.
Salah satu anggota kelompok berbicara kepada
The Guardian dan mengatakan bahwa ia tidak menyesali keputusannya untuk bergabung dengan rekan hacker-nya. Kali, si hacker berasal Swiss itu mengatakan dia dan rekannya dipandu oleh Fedorov, untuk menargetkan situs-situs penting di Rusia.
“Saya ingin membantu dan menggunakan keterampilan saya untuk membantu Ukraina,†ujar Kali.
“Saya dari Swiss, dan saya adalah hacker yang handal. Saya melakukannya karena saya mendukung Ukraina dan saya ingin membantu mereka. Saya pikir jika kita terus meretas infrastruktur Rusia, mungkin mereka akan berhenti (menyerang Ukraina),†tambahnya.
Selain melumpuhkan sistem Rusia, anggota lain dari kelompok itu seperti Gennady, mengatakan kepada
CNBC, bahwa mereka juga mencegah disinformasi dan memberikan informasi yang akurat kepada warga Rusia.
"Kenyataannya banyak teman saya di Rusia, mereka benar-benar salah informasi," ujar Gennady.
Check Point Research, lembaga yang melacak serangan dunia maya global, mengatakan bahwa pada tiga hari pertama setelah peluncuran invasi Rusia, serangan siber Rusia terhadap Ukraina telah meningkat 196 persen.
BERITA TERKAIT: