Keputusan itu disampaikan melalui sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh Prancis dan sekutu Afrika serta Eropanya yang dirilis pada Kamis (17/2). Dalam pernyataan itu, dijelaskan bahwa terdapat sejumlah penghalang dari pemerintah militer yang kini berkuasa di Mali, sehingga meciptakan kondisi di mana pasukan Prancis dan sekutu tidak bisa beroperasi lagi.
Keputusan itu berlaku untuk pasukan Barkhane Prancis di Sahel dan pasukan Eropa Takuba yang coba ditempa oleh Paris bersama sekutunya.
“Kondisi politik, operasional dan hukum tidak lagi terpenuhi untuk melanjutkan keterlibatan militer mereka saat ini secara efektif dalam perang melawan terorisme di Mali,†begitu kutipan pernyataan tersebut, seperti dimuat
Al Jazeera.
"(Oleh karena itu) sekutu memutuskan untuk memulai penarikan terkoordinasi dari sumber daya militer masing-masing yang didedikasikan untuk operasi ini dari wilayah Mali," sambung pernyataan yang sama.
Meski begitu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak sepenuhnya gagasan yang menyebut bahwa Prancis telah gagal di bekas jajahannya.
"Kami tidak dapat tetap terlibat secara militer bersama otoritas
de-facto yang strategi dan tujuan tersembunyinya tidak kami bagikan," jelasnya.
Dia mengatakan bahwa pangkalan Prancis di Gossi, Menaka dan Gao di Mali akan ditutup dalam empat hingga enam bulan ke depan.
Macron berjanji bahwa penarikan itu akan dilakukan dengan cara yang tertib.
BERITA TERKAIT: