Berlin menentang memasok senjata ke Kiev, namun mereka berada di bawah tekanan kuat dari mitra Uni Eropa, terutama Polandia dan negara-negara Baltik, dan Amerika Serikat, yang menuntut Berlin mengirim sinyal yang jelas ke Moskow.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa keputusan Jerman telah jelas untuk hal itu dan telah berjalan sekian lama.
"Pemerintah Jerman telah berkomitmen sejak lama, bahwa kami tidak pernah memasok senjata mematikan ke wilayah krisis dan tidak memasoknya ke Ukraina," katanya kepada media setempat, sebelum ia berangkat ke Amerika Serikat, Minggu (6/2).
Ia merujuk pada komitmen pendahulunya, Angela Merkel.
"Beliau telah berkomitmen untuk hal ini, dan itu benar," katanya.
Scholz nampaknya menahan diri untuk menjawab pertanyaan tentang penempatan lebih banyak pasukan Jerman di negara-negara Baltik. Dia ingat bahwa minggu depan dia berencana untuk bertemu di Berlin dengan Presiden Lituania Gitanas Nuseda dan dengan Perdana Menteri Estonia dan Latvia, Kaja Kallas, dan Krisjanis Karins.
Menurutnya, sangat penting untuk mengoordinasikan tindakan dengan negara-negara ini dan bukan melalui media massa.
Komitmen Jerman yang tidak ingin memasok senjata ke wilayah konflik memunculkan tuduhan, bahwa Berlin berusaha "mengkhianati teman-temannya".
Media lokal Suddeutsche Zeitung mengatakan pada Jumat lalu bahwa kedutaan Ukraina di Berlin telah mengeluarkan catatan lisan kepada kementerian luar negeri Jerman dengan daftar senjata yang diinginkan Kiev. Scholz harus menegaskan bahwa Jerman tetap teguh pada komitmen semula.
BERITA TERKAIT: