Sejak saat itu, militer Irak menghadapi tugas berat untuk melindungi negara yang dilanda konflik di tengah berbagai tantangan, termasuk dari ancaman kelompok bersenjata.
Jika menengok ke belakang, sejak awal didirikan pada tahun 1921 angkatan bersenjata Irak telah mengalami serangkaian kesulitan dan konflik berdarah dalam beberapa dekade terakhir, seperti Perang Iran-Irak tahun 1980-1988, invasi Kuwait pada tahun 1990 dan Perang Teluk pada tahun berikutnya.
Selain itu, mereka juga pernah mengalami pembubaran di 2003 setelah invasi pimpinan Amerika Serikat. Tantangan terbaru, adalah perang melawan kelompok militan ISIS.
Angkatan bersenjata Irak memiliki ikatan yang kuat dengan militer Amerika Serikat, yang pada dasarnya bertanggung jawab untuk membangun tentara Irak baru setelah invasi 2003.
Kemudian, setelah menarik pasukannya pada 2010, Amerika Serikat mengerahkan kembali beberapa pasukan militer ke Irak pada 2014, menyusul permintaan pemerintah Irak untuk membantu mengalahkan ISIS.
Setelah lebih dari empat tahun, Amerika Serikat kemudian menarik semua pasukan tempurnya dan beralih ke posisi penasehat. Tercatat pada tahun lalu ada sekitar 2.500 tentara Amerika Serikat dan 1.000 tentara koalisi lainnya yang berbasis di Irak. 

Namun sejumlah pengamat menilai bahwa terlepas dari implikasinya, penarikan pasukan tempur Amerika Serikat mungkin tidak akan membawa perubahan drastis dalam status keamanan Irak saat ini.
“Pada kenyataannya, penarikan Amerika sebagian besar bersifat simbolis, karena misi Amerika umumnya telah dialihkan ke peran penasehat dan pelatihan, dan misi pasukan yang tersisa tidak mungkin berubah,†kata seorang profesor di Sam Houston State University yang mempelajari politik Irak Zeinab Shuker, kepada
kata Al Jazeera.
Meski begitu, sejumlah tantangan siap "menyambut" angkatan bersenjata Irak, salah satunya adalah ancaman dari kelompok bersenjata seperti ISIS.
Di Irak, ISIS masih mengendalikan sejumlah wilayah seperti Kirkuk dan Diyala serta mempertahankan kontrol efektif perbatasan dengan Suriah dan Turki.
Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, ISIS telah melancarkan beberapa serangan terhadap warga sipil, polisi federal, dan pasukan Peshmerga di Irak utara. Sebagian besar seangan terjadi di daerah pedesaan pada malam hari.
Meski begitu di sisi lain, Baghdad dan sebagian besar wilayah Irak lainnya cenderung damai, meski terkadang ada beberapa demonstrasi untuk memperingati kematian mantan Jenderal Iran Qassem Soleimani dan mantan kepala paramiliter Abu Mahdi al-Muhandis yang dibunuh oleh Amerika Serikat dua tahun lalu.
Menurut analis, situasi ini terjadi terutama disebabkan oleh peningkatan efisiensi dan kesiapan pertempuran dalam beberapa tahun terakhir dari angkatan bersenjata Irak, termasuk paramiliter sekutu negara.
“Pasukan Keamanan Irak (ISF) telah menunjukkan kemajuan yang cukup besar di tengah perubahan dalam misi CJTF-OIR (Satuan Tugas Gabungan-Operasi Penyelesaian Inheren misi) dan transisi angkatan bersenjata Amerika Serikat ke peran non-tempur di Irak,†kata Caroline Rose, seorang analis di News Institute, sebuah think-tank yang berbasis di Washington. 

Mengutip laporan triwulanan inspektur jenderal utama kepada Kongres Amerika Serikat, Rose mengatakan ISF telah meningkatkan kekuatan tempurnya terutama sehubungan dengan operasi kontra-ISIS.
BERITA TERKAIT: