Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ambil Kepemimpinan G20, Jokowi Keluarkan Tiga Jurus Jitu Indonesia Agar Dunia Tak Jatuh ke Krisis Berkepanjangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 01 November 2021, 06:57 WIB
Ambil Kepemimpinan G20, Jokowi Keluarkan Tiga Jurus Jitu Indonesia Agar Dunia Tak Jatuh ke Krisis Berkepanjangan
Presiden Joko Widodo/Net
rmol news logo Dunia perlu melakukan sejumlah upaya bersama untuk bangkit dari pandemi Covid-19. Dalam hal ini, target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi tolak ukurnya.

Berpidato pada sesi KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia pada Minggu (31/10) waktu setempat, Presiden Joko Widodo menyoroti kemunduran pencapaian SDGs akibat dari pandemi.

Sebagai contoh, kemiskinan ekstrem dunia kembali meningkat dari semula diharapkan 7,5 persen pada 2021, naik menjadi 9,4 persen.

Selain itu, terganggungnya rantai pasokan global juga telah berpengaruh bukan hanya pada kebutuhan industri, tetapi juga stabilitas kebutuhan dasar, termasuk pangan, terutama di negara-negara berkembang.

Untuk itu, Jokowi mendorong agar negara-negara G20 perlu lebih kompak melalukan sejumlah upaya untuk mempercepat pencapaian SDGs.

"Kita harus segera beraksi agar dunia tidak terancam jatuh ke dalam krisis berkepanjangan. Kita, G20, harus melakukan sejumlah upaya bersama untuk memastikan SDGs tercapai sesuai target, sembilan tahun lagi," kata Jokowi, seperti dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet.

Adapun sejumlah upaya yang disoroti oleh Jokowi termasuk dalam tiga hal. Pertama, menggalang solidaritas untuk membantu negara dan masyarakat yang paling rentan.

Terkait hal ini, Jokowi mengatakan, inisiatif debt service suspension serta tambahan alokasi SDR senilai 650 miliar dolar AS menjadi langkah penting untuk memberi ruang kebijakan bagi negara berpendapatan rendah dan menengah.

Kedua, memperkuat kemitraan global untuk membantu pendanaan dan akses teknologi bagi negara berkembang. Ia menegaskan, financing gap yang makin lebar, dari 2,5 triliun dolar AS per tahun menjadi 4,2 triliun dolar AS per tahun perlu jadi perhatian serius.

"Mobilisasi pembiayaan inovatif untuk menutup gap pendanaan SDGs, termasuk melalui blended finance harus segera dilakukan. Peningkatan investasi swasta yang berkelanjutan harus didorong untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan menciptakan lapangan kerja di negara berkembang," jelasnya.

Upaya ketiga adalah dengan meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan terhadap guncangan dan ketidakpastian masa depan, terutama untuk sektor kesehatan, kapasitas fiskal, serta kapasitas perencanaan dan implementasi pembangunan.

"G20 harus bekerja sama membantu mereka memastikan tidak ada lost generation. Hanya dengan demikian, kita dapat pulih bersama menuju masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan siapapun," pungkasnya.

Lewat KTT tahun ini, Indonesia didapuk menjadi pemimpin G20 untuk periode 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022, menggantikan Italia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA