Trask merupakan pengajar, aktivis, sekaligus penduduk asli Hawaii yang meninggal pada Juli 2021. Sebuah insiden pada tahun 1990 membuat namanya tercoreng dan ia disebut rasis.
Ketika itu, Trask berselisih dengan seorang siswa kulit putih asal Louisiana yang menulis di surat kabar Universitas Hawaii,
Ka Leo O Hawai'i. Siswa itu menulis orang kulit putih tidak bisa disalahkan atas penggulingan kerajaan Hawaii, dan ia juga merasa tersinggung dengan istilah "
haole" atau "orang asing". Siswa itu menyebut istilah itu sama dengan kata-kata kasar.
Trask kemudian mengeluarkan tanggapan tertulis, dengan membantah pernyataan siswa tersebut. Sembari menyoroti sejarah kolonial Hawaii, Trask menyarankan siswa tersebut meninggalkan Hawaii jika tidak menyukai istilah tersebut.
Perselisihan tersebut cukup banyak diliput oleh media, memicu seruan untuk pemecatan Trask, dan banyak pihak yang menyebutnya rasis.
Terlepas dari itu, Departemen Filsafat tetap mempertahankannya.
Lewat situs resmi Universitas Hawaii, permintaan maaf diberikan untuk Trask.
Kepala Departemen Filsafat Universitas Hawaii, Tamara Albertini mengatakan pihaknya kembali meninjau peristiwa 1990 itu sejak musim gugur 2020.
"Dalam konteks itu kami menemukan bahwa bentrokan dari 30 tahun yang lalu telah meninggalkan luka abadi di antara fakultas dan mahasiswa penduduk asli Hawaii," kata Albertini.
"Meninggalnya Dr. Haunani-Kay Trask memang tidak membawa permintaan maaf. Namun, kami memahami bahwa kami tidak dapat menunda untuk mengumumkannya (permintaan maaf) kepada publik," tambah dia.
BERITA TERKAIT: