Rusia menyayangkan sikap Barat yang terus menerus melayangkan intrik melawan Rusia yang pada akhirnya malah memperdalam lubang krisis, termasuk krisis enerji.
"Sudah saatnya untuk mengakuinya. Rekan-rekan Barat terlalu asyik dengan intrik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah wawancara dengan program Voskresny Vecher di televisi pemerintah, seeprti dilaporkan
TASS, Senin (11/10).
Lembaga analitis yang didirikan di negara-negara NATO dan Uni Eropa yang selama ini mencoba melawan Rusia, sudah saatnya untuk bersikap lebih baik, kemudian memikirkan apa penyebab krisis, daripada selalu melemparkan intrik, menurut Zakharova.
Ketika Barat berpikir tentang penyebab krisis, maka mereka bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin, mereka akan berkaca, bahwa selama dekade terakhir, mereka selalu menciptakan ancaman untuk Rusia di semua bidang kehidupan, sehingga tidak peka tentang risiko yang mereka hadapi.
Sibuk dengan intriknya sehingga mereka abai terhadap masalah yang justru jauh lebih penting.
"Dari mulai terorisme, kebijakan migrasi, campur tangan yang sembrono terhadap urusan dalam negeri orang lain," ungkap Zakharova.
"Semua bertumpu pada intrik politik konyol yang tidak didasarkan pada analisis ilmiah. Intrik selalu dalam urusan internasional, tetapi bagaimanapun, harus didasarkan pada pemahaman situasi," tambahnya.
Krisis energi yang melanda dunia, khususnya Eropa, telah menciptakan saling tuding dan lempar kesalahan antara Rusia dan Eropa. Eropa menuduh Rusia memanfaatkan situasi dengan menekan pasokan yang menyebabkan melonjaknya harga gas alam.
Sementara menurut Rusia, salah satu faktor yang mempengaruhi harga adalah kebijakan kontrak jangka panjang Eropa yang menguntungkan pasar spot.
Dilaporkan pada hari Rabu bahwa harga gas di Eropa mencapai maksimum bersejarah lebih dari 1.900 dolar AS per 1.000 meter kubik. Ketua Dewan Gazprom Alexei Miller mengatakan meningkatnya permintaan gas telah menyebabkan rekor harga.
BERITA TERKAIT: