Lembaga Think Tank The South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI) dalam laporannya mengatakan, pesawat yang dikirim AS tersebut adalah jenis pendeteksi rudal balistik RC-135S dari Angkatan Udara AS.
Pesawat tersebut melakukan pengintaian jarak dekat di garis pantai China dari Laut Kuning pada hari Sabtu dan Minggu.
“Pada kedua hari itu, pesawat AS lepas landas dari Pangkalan Udara Kadena di Okinawa, Jepang, melintasi Zona Identifikasi Pertahanan Udara Laut China Timur China, dan melakukan kegiatan pengintaian jarak dekat di selatan Qingdao, Provinsi Shandong, China Timur, kurang dari 20 nautical mil jauhnya dari perairan teritorial China,†lapor SCSPI, seperti dikutip dari
Global Times, Minggu (5/9).
“RC-135S telah secara signifikan lebih aktif baru-baru ini, dengan operasi yang sering di atas Laut Kuning, Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan,†katanya.
Beberapa pengamat militer pun angkat bicara mengenai laporan tersebut. Salah satunya Song Zhongping, seorang ahli militer China.
“Misi utama pesawat RC-135S adalah mendeteksi rudal balistik, karena dapat mengumpulkan sinyal elektronik, menggunakan sistem radar untuk menemukan posisi peluncuran dan memanfaatkan perangkat optik dan inframerah untuk melacak rudal balistik secara real time,†kata Song.
Mengirim RC-135S untuk kegiatan pengintaian jarak dekat yang sering dilakukan di China menunjukkan bahwa AS waspada terhadap uji coba rudal balistik China.
Namun, usaha AS akan sia-sia karena China pasti mampu mendeteksi keberadaan pesawat mata-mata mereka.
“Sejak pesawat mata-mata AS memasuki zona identifikasi pertahanan udara China, PLA pasti telah melacak dan mengidentifikasinya, dan bila perlu, menyortir pesawat tempur untuk mencegatnya,†kata Song.
BERITA TERKAIT: