Kabar yang menyebar dari wartawan lokal dan diangkat oleh
CNN itu menyebut bahwa Andarabi diseret dari rumahnya dan dibunuh oleh Taliban di provinsi pegunungan yang bergolak di utara Kabul pada hari Jumat pekan lalu.
Pembunuhan itu memicu kekhawatiran Taliban akan membawa kembali aturan keras, termasuk larangan musik.
Putra almarhum, Jawad, kemudian angkat bicara kepada
Associated Press dan mengatakan bahwa sang ayah ditembak di kepal di pertanian keluarga di Lembah Andarab di provinsi Baghlan utara.
"Dia tidak bersalah, penyanyi yang hanya menghibur orang," kata putranya.
Tidak lama setelah kabar itu muncul, mantan Menteri Dalam Negeri Afghanistan Massoud Andarabi, yang juga berasal dari distrik tersebut, ikut angkat bicara soal kematian Andarab.
"Kebrutalan Taliban berlanjut di Andarab. Hari ini mereka secara brutal membunuh penyanyi folkloric, Fawad Andarabi yang hanya membawa kegembiraan bagi lembah ini dan orang-orangnya," tulisnya di Twitter.
Pembunuhan itu telah menimbulkan kekhawatiran tentang kembalinya bentuk aturan keras yang diberlakukan Taliban ketika terakhir kali menguasai Afghanistan, dari tahun 1996 hingga 2001. Selama waktu itu, Taliban melarang sebagian besar bentuk musik karena dianggap tidak Islami.
Soal musik sendiri telah disinggung oleh jurubicara Taliban Zabiullah Mujahid dalam sebuah wawancara dengan
New York Times pekan lalu. Dia mengatakan bahwa musik dilarang dalam Islam.
Ketika ditanya apakah musik akan kembali dilarang di depan umum di Afghanistan, dia menjawab bahwa Taliban berharap bisa membujuk orang untuk tidak melakukan hal seperti itu.
Menyusul kabar kematian Andarabi, Pelapor Khusus PBB untuk hak budaya Karima Bennoune dan Duta Besar UNESCO untuk kebebasan artistik Deeyah Khan menyatakan keprihatinan besar.
"Sebagai Pelapor Khusus PBB untuk hak budaya, (dengan) Duta Besar UNESCO untuk kebebasan artistik Deeyah Khan, saya menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang laporan pembunuhan mengerikan penyanyi Fawad Andarabi," tulisnya di Twitter.
"Kami menyerukan kepada pemerintah untuk menuntut Taliban menghormati hak asasi seniman," sambungnya.
BERITA TERKAIT: