Lewat pernyataan yang dirilis oleh pemerintah dalam situs resminya pada Kamis (1/7), Inggris menyambut pengumuman pemerintah Ethiopia untuk melakukan gencatan senjata. Inggris pun mendesak agar pasukan Eritrea untuk segera meninggalkan wilayah tersebut dan tidak memperumit keadaan.
"Kekerasan sekarang harus berhenti dan akses kemanusiaan yang tidak terkekang diberikan. Pasukan Eritrea juga harus meninggalkan Tigray," ujar Kantor Luar Negeri Inggris.
Inggris mengatakan, akses bantuan kemanusiaan ke Tigray perlu dibuka selebar-lebarnya. Lantaran saat ini terdapat 5,2 juta orang yang membutuhkan makanan, dan 353 ribu di antaranya mengalami kelaparan. Namun lebih dari 2 juta orang kesulitan mendapatkan bantuan.
"Semua pihak dalam konflik perlu menghormati hukum humaniter internasional, yang jelas menentukan perlindungan semua warga sipil, dan saluran komunikasi di seluruh Tigray harus segera dipulihkan sehingga PBB dan organisasi lainnya dapat dengan aman menjangkau orang yang membutuhkan," jelas pernyataan tesebut.
Lebih lanjut, Inggris menyatakan kesiapan untuk bekerja sama denagn pemerintah Ethiopia, PBB, dan mitra internasional lainnya dalam mempercepat pemberian bantuan kemanusiaan. Inggris telah menganggarkan 4,7 juta pound untuk bantuan kemanusiaan ke Tigray.
"Sangat penting bahwa ada proses politik bagi semua pihak untuk menemukan resolusi jangka panjang untuk konflik di Tigray," pungkasnya.
Sejak November 2020, wilayah Tigray penuh ketegangan antara pemerintah Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Konflik bermula ketika Perdana Menteri Ahmed Abiy mengirim pasukan untuk menyingkirkan TPLF, setelah faksi tersebut menyerang kamp militer.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: