Data yang dihitung oleh Asosiasi Kapas China menunjukkan bahwa impor kapas China dari Australia telah turun tipis sejak 2019, tetapi penurunan itu semakin tajam sejak 2020.
Tahun lalu, China dikatakan mengimpor 40.170 ton kapas dari Australia pada 2020, turun 68 persen dari 2019.
Sementara statistik asosiasi menunjukkan bahwa impor kapas dari Australia terus merosot tahun ini. Dalam empat bulan pertama tahun ini, China hanya mengimpor 12.706 ton kapas dari Australia, turun 68,4 persen secara tahunan.
Menyikapi situasi tersebut, para ahli telah mengatakan bahwa kapas Australia kini telah kehilangan status pasar yang dulu disukai di China karena adanya lonjakan permintaan untuk kapas yang diproduksi di dalam negeri, terutama yang diproduksi di Daerah Otonomi Xinjiang di China Barat Laut, yang tak kalah kualitasnya.
Seorang manajer bermarga Chen, dari agen perdagangan kapas yang berbasis di Qingdao, Provinsi Shandong, China Timur, mengatakan bahwa kapas yang diimpor dari Australia telah mengalami masalah dengan bea cukai dalam beberapa bulan terakhir dan berisiko tinggi ditolak masuk ke China.
"Banyak klien (kami) khawatir dan tidak ingin memesan kapas Australia lagi, motivasi mereka untuk menanyakan harga kapas Australia sangat rendah," katanya, seperti dikutip Global Times, Senin (28/6).
China adalah tujuan utama kapas Australia dari September 2020 hingga Maret 2021, menyumbang 36,5 persen dari total ekspor kapasnya. Selama periode yang sama, AS menyumbang 47 persen dari total impor kapas China, diikuti oleh 28,8 persen dari Brasil dan 13,1 persen dari India. Australia hanya menempati peringkat keempat dengan 2,7 persen.
"Penurunan impor kapas Australia dari China terjadi di tengah hubungan yang semakin memanas antara kedua negara. Pada tahun 2020, impor China dari Australia turun 4,6 persen secara tahunan menjadi 796 miliar yuan (123 miliar dolar AS)," kata juru bicara bea cukai China pada Januari.
Jiao Shanwei, pemimpin redaksi cngrain.com, sebuah situs web yang mengkhususkan diri dalam berita biji-bijian, mengatakan bahwa hubungan diplomatik yang mendingin terutama menyebabkan merosotnya ekspor kapas Australia ke China.
"Importir harus khawatir bahwa China dapat mengenakan bea anti-dumping dan anti-subsidi pada kapas Australia yang mirip dengan jelai, dan menghindari perdagangan komoditas untuk mencegah potensi risiko," katanya.
Beberapa media Australia telah melaporkan bahwa ada spekulasi bahwa tarif hukuman yang besar mungkin akan dikenakan pada kapas Australia.
Sementara pakar China mengatakan bahwa Australia 'memakan obatnya sendiri' karena kehilangan pangsa pasar di China, tidak hanya sebagai akibat dari meningkatnya permusuhan negara tersebut terhadap China dalam pembuatan kebijakan, tetapi juga karena produknya telah kehilangan keunggulan dalam hal harga atau kualitas.
Wang Zhankui, seorang analis industri senior, mengatakan bahwa kapas China telah mendapatkan reputasi berkualitas tinggi, dan dapat menggantikan impor Australia.
"Sebelumnya, kapas Australia memiliki keunggulan, tetapi dengan meningkatnya kualitas kapas domestik yang diproduksi di Xinjiang dan di tempat lain, keunggulan kapas Australia hilang," katanya.
Dia juga menambahkan bahwa alasan lain mengapa kapas domestik hasil tinggi ditempatkan dengan baik untuk menggantikan kapas Australia.
Saat ini, kapas dalam negeri yang diproduksi di Xinjiang menyumbang sekitar 90 persen dari konsumsi kapas China, sedangkan perkebunan kapas Australia hanya sekitar lima juta mu (333.000 hektar), yang bahkan lebih kecil dari bidang produksi kapas di Prefektur Aksu di Xinjiang, kata para ahli. .
Huang Tingyu, wakil presiden perusahaan tekstil China Grace, mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan kapas yang diproduksi di dalam negeri untuk merajut dan tidak pernah menggunakan kapas Australia.
"Ketika kami mulai membangun basis pemrosesan kapas, kami membandingkan fitur dan kualitas kapas dari AS, Pakistan, dan India, dan akhirnya kami memilih kapas Xinjiang," kata Huang. "Kapas dari Australia tidak muncul di daftar kandidat kami."
Menurut para ahli, produksi kapas tahunan China sekitar 6 juta ton per tahun, tetapi konsumsi kapas tahunan negara itu berkisar sekitar 8 juta ton, yang berarti bahwa China perlu mempertahankan jumlah impor itu setiap tahun untuk memenuhi permintaan.
Namun, ada beberapa alternatif pengganti kapas yang diimpor dari Australia.
"Karena China adalah produsen kapas utama, perubahan impor tidak akan banyak mempengaruhi konsumsi dan pasokan kapas negara itu. Jika impor kapas dari Australia menurun, kami dapat meningkatkan area penanaman kapas di negara ini atau mengimpornya dari tujuan lain seperti Brasil atau negara-negara Laut Hitam," kata Jiao.
BERITA TERKAIT: