Soal Proyek KF-X/IF-X, Pengamat: Korsel Paham Kesulitan Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 14 April 2021, 17:12 WIB
Soal Proyek KF-X/IF-X, Pengamat: Korsel Paham Kesulitan Indonesia
Presiden Moon Jae-in ketika meluncurkan KF-21 Boramae/Net
rmol news logo Korea Selatan telah meluncurkan prototipe pertama dari jet tempur KF-21 Boramae, nama resmi proyek KF-X/IF-X yang dikembangkan dengan Indonesia.

Peluncuran dilakukan di situs Korea Airspace Industries (KAI) di Sacheon, Provinsi Gyeongsang pada Jumat (9/4).

Selain dihadiri Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, terdapat Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dan lebih dari 230 pejabat dari kedua negara yang ikut dalam peluncuran tersebut.

Meski telah diluncurkan, masih banyak pertanyaan perihal macetnya pembayaran kontribusi oleh Indonesia. Bahkan spekulasi sebelumnya menyatakan Indonesia berencana untuk mundur dari proyek tersebut.

Dalam perjanjian, Indonesia memiliki berkontribusi 20 persen atau 1,73 triliun won dari total biaya pengembangan sebesar 8,7 triliun won.

Namun Indonesia baru membayar 227,2 miliar won dari 831,6 miliar won yang dijanjikan sebelumnya.

Macetnya pembayaran disebabkan masalah keuangan dan prioritas Indonesia untuk melakukan perbaikan jangka menengah.

Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa, Indonesia tengah mengevaluasi kerjasama tersebut. Namun Indonesia juga tidak bisa mundur dari proyek KF-X/IF-X.

Dalam diskusi virtual RMOL World View pada Rabu (14/4), Teguh menjelaskan, Indonesia hanya mendapatkan kesempatan untuk membuat jet tempur dari Korea Selatan. Meskipun teknologi generasi 4.5 yang digunakan KF-X/IF-X akan usang ketika proyek itu rampung pada 2026 mendatang.

"Faktanya, satu-satunya yang mengajak kita (dalam proyek pembuatan pesawat tempur) adalah Korea Selatan. Memang tahun 2026 nanti, teknologi 4,5 terasa ketinggalan dibandingkan yang lain. Namun teknologi kan bisa dikejar," ujarnya sambil menekankan, yang penting saat ini Indonesia masuk dalam jajaran negara produsen pesawat tempur.

Bila Indonesia mundur dari kerjasama ini, menurut Teguh, selain akan menyia-nyiakan kesempatan emas menjadi produsen pesawat tempur, hal itu juga akan berdampak buruk bagi posisi Indonesia di mata dunia internasional.

"Akan jadi preseden yang buruk, karena nanti orang (negara-negara lain) akan menjadikan ini sebagai catatan, dan enggan membuat kesepakatan dengan Indonesia," jelas mahasiswa program doktoral hubungan internasional di Universitas Padjadjaran (Unpad) itu.

Sejauh ini, sambung mantan Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, Korea Selatand apat memahami situasi yang dialami Indonesia sehingga telat melunasi komitmen.

Kedua pihak juga tengah berupaya melakukan renegosiasi, mulai dari mempertimbangkan pembiayaan via barter sampai pertimbangan menunda proyek. 

"Korea Selatan sebagai teman paham dengan situasi sulit kita, makanya mereka tidak banyak komplain sebetulnya, tapi mereka kerjakan saja bagian KFX-nya sampai diluncurkan kemarin," kata Teguh.

"Saya berharap, kunjungan Menhan Prabowo ini kembali membuka pembicaraan," imbuhnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA