Sekelompok politisi telah mencoba mengeksploitasi masalah Xinjiang untuk tujuan politik yang membuat hubungan semakin rumit. Kementerian berharap Ankara tidak gegabah dalam hal ini.
Pada Selasa (6/4) Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Liu Shaobin. Pemanggilan itu terkait postingan Kedutaan Besar China yang mengecam dua politisi Ankara dengan menandainya di Twitter, menurut laporan
Anadolu Agency pada Rabu (7/4).
Dua politisi Ankara itu telah menyinggung masalah Uighur pada sebuah pernyataan, yang akhirnya memancing tanggapan dari Kedutaan Besar China.
Kedutaan Besar China berkomentar keras menanggapi pernyataan pejabat partai Turki itu yang diketahui bernama Meral Aksener dan Wali Kota Ankara Mansur Yavas.
Aksener adalah bagian dari oposisi sayap kanan Erdogan. Dalam cuitannya, ia berujar Turki akan berjuang untuk kemerdekaan mutlak dari republik yang memproklamasikan diri Uighur di Turkistan Timur.
"Tidak akan tinggal diam terhadap penindasan (Uighur)," tulisnya.
Sementara Yavas, yang merupakan anggota terkemuka dari partai oposisi utama CHP juga menulis hal serupa: "Merasakan sakitnya pembantaian di Turkestan Timur seolah-olah terjadi hari ini," ujarnya.
Menanggapi itu, Kedutaan China pun menulis: "Tiongkok dengan tegas menentang siapa pun yang berkuasa, yang dengan cara apa pun menantang kedaulatan China dan integritas teritorialnya," seraya menandai akun Twitter Aksener dan Yavas.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan tanggapan kedutaan atas peristiwa itu sudah benar.
"Turki juga (sudah mengalami) menderita sakit akibat terorisme dan separatisme. Harapannya, masyarakat di Turki dapat melihat sikap tegas China dalam mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial serta upaya kontra-terorisme dan deradikalisasi dengan cara yang benar, rasional dan obyektif," menurut Zhao, seperti dikutip dari
Global Time.
BERITA TERKAIT: