Jubir Macron: Kelompok Agama Turki Yang Didirikan Erdogan Tidak Memiliki Tempat Di Prancis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 02 April 2021, 09:55 WIB
Jubir Macron: Kelompok Agama Turki Yang Didirikan Erdogan Tidak Memiliki Tempat Di Prancis
Presiden Emmanuel Macron/Net
rmol news logo Prancis mengatakan asosiasi agama yang paling berpengaruh di Turki tidak akan diijinkan beraktivitas di Prancis karena bertentangan dengan nilai-nilai Prancis.

Juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal pada Kamis (1/4) mengatakan, Asosiasi Milli Gorus termasuk di antara tiga kelompok Islam di Prancis yang pada Januari menolak untuk menandatangani piagam anti-ekstremisme yang diperjuangkan oleh Presiden Emmanuel Macron. setelah serentetan serangan yang dituduhkan pada kaum radikal.

Berbasis di Kota Cologne, Jerman, Milli Gorus adalah gerakan pan-Eropa untuk diaspora Turki yang didirikan oleh Presiden Recep Tayyip Erdoan dan mendiang perdana menteri Necmettin Erbakan, yang dianggap sebagai bapak politik Islam di Turki.

Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Erdogan dalam beberapa tahun terakhir menjauhkan diri dari Milli Gorus tetapi nilai-nilai konservatifnya tetap dekat dengan nilai-nilai presiden.

"Saya menganggap bahwa ini adalah asosiasi yang bertentangan dengan nilai-nilai Republik (Prancis), yang melawan nilai-nilai Republik, melawan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, melawan martabat manusia," kata Gabriel Attal kepada BFM TV dalam sebuah wawancara, seperti dilaporkan Daily Sabah.

“Yang jelas (asosiasi itu) tidak boleh menyelenggarakan kegiatan dan (tidak boelah) ada di Republik,” tambah Attal, seraya menegaskan ia tidak mengatakan bahwa organisasi itu dilarang.

Dalam wawancara dengan majalah Le Point yang diterbitkan Kamis, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin memperingatkan bahwa negara tidak akan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang menolak menandatangani piagam dan akan meningkatkan kendali atas aktivitas mereka.

"Bahwa asosiasi tertentu tidak ingin menandatanganinya (piagam), hal itu telah mengungkapkan bahwa ada campur tangan asing dan gerakan ekstremis yang beroperasi di tanah kami," kata Attal.

Ketegangan antara Paris dan Ankara memuncak setelah serangkaian pertengkaran antara Erdogan dan Macron. Macron baru-baru ini juga telah mendebat Turki dengan mengatakan negara itu ikut campur dalam pemilihan presiden Prancis 2022. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA