Penangguhan massal itu terjadi karena masalah keamanan lantaran ditemukannya kasus pembekuan darah di sejumlah negara setelah disuntik vaksin.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan meskipun risiko pembekuan darah rendah, hal itu tidak dapat dikesampingkan. Penangguhan sendiri merupakan rekomendasi dari Institut Paul Ehrlich, regulator vaksin Jerman.
"Ini keputusan profesional, bukan politik," kata Spahn, seperti dikutip
Reuters, Selasa (16/3).
Prancis mengatakan pihaknya menangguhkan penggunaan vaksin sambil menunggu penilaian oleh Badan Obat Eropa (EMA).
"Keputusan yang diambil, sesuai juga dengan kebijakan Eropa kami, adalah untuk menangguhkan, karena tindakan pencegahan, vaksinasi dengan suntikan AZ, berharap bahwa kami dapat melanjutkan dengan cepat jika panduan EMA memungkinkan," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Italia mengatakan penghentiannya adalah tindakan pencegahan dan sementara sembari menunggu keputusan EMA.
"EMA akan segera bertemu untuk mengklarifikasi keraguan bahwa vaksin AstraZeneca dapat dilanjutkan dengan aman dalam kampanye vaksinasi secepat mungkin," kata Direktur Jenderal Pencegahan Kementerian Kesehatan Italia, Gianni Rezza.
Pekan lalu, Denmark dan Norwegia mengumumkan berhenti menggunakan vaksin AZ setelah melaporkan kasus pendarahan, pembekuan darah, dan menurunnya jumlah trombosit.
Keputusan serupa juga diambil oleh Islandia, Bulgaria, Irlandia, dan Belanda. Spanyol juga mengumumkan akan menangguhkan penggunaan selama 15 hari.
Kendati begitu, pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan pada Senin (15/3) mengatakan tidak ada kematian yang terbukti terkait dengan vaksin Covid-19.
Ilmuwan top WHO menegaskan pada hari Senin bahwa tidak ada kematian yang terdokumentasi terkait dengan vaksin COVID-19.
"Kami tidak ingin orang panik," kata Swaminathan.