Berdasarkan rencana sementara, COVAX mengatakan distribusi akan mencakup rata-rata 3,3 persen dari total populasi di 145 negara yang ambil bagian dalam putaran awal.
Adapun alokasi tersebut mencakup 240 juta dosis vaksin AstraZeneca-Oxford yang dibuat oleh Serum Institute of India, 96 juta dosis yang dibuat langsung oleh AstraZeneca, dan 1,2 juta dosis Pfizer-BioNTech.
"Kami akan segera dapat mulai memberikan vaksin penyelamat hidup secara global, yang kami tahu sangat penting jika kami ingin memiliki kesempatan untuk mengalahkan pandemi ini," kata kepala eksekutif GAVI, Seth Berkley, seperti dikutip
Reuters pada Kamis (4/2).
COVAX merupakan skema distribusi vaksin yang dipimpin oleh aliansi GAVI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tujuannya untuk memberikan akses vaksin ke negara-negara miskin dan berkembang.
Distribusi vaksin sendiri akan mengikuti izin penggunaan darurat dari WHO, dan kesiapan serta penerimaan negara.
Pejabat WHO, Ann Lindstrand mengatakan vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech diperkirakan dapat diberikan pada akhir Februari atau awal Maret. Di mana Afrika Selatan, Cap Verde, dan Rwanda akan menjadi beberapa negara pertama di Afrika yang mendapatkan suntikan Pfizer.
Distribusi vaksin COVAX sendiri dilakukan di tengah upaya negara-negara kaya memperebutkan vaksin. Bahkan pekan lalu, Uni Eropa mengumumkan pembatasan ekspor vaksin Covid-19 yang langsung dikritik banyak pihak.
Sebanyak 96 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk COVAX sendiri jauh lebih rendah dari komitmennya semula, yaitu 153 juta dosis.
Secara keseluruhan, 190 negara telah bergabung dengan COVAX, yang diluncurkan April lalu dengan tujuan memastikan akses yang adil ke vaksin selama pandemi.
Hingga akhir tahun ini, COVAX bertujuan untuk memberikan total 2,3 miliar dosis vaksin, termasuk 1,8 miliar di antaranya untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
BERITA TERKAIT: