Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anggota Parlemen Koalisi Ke Klub Malam Di Tengah Pembatasan Covid-19, PM Jepang Minta Maaf

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 27 Januari 2021, 12:52 WIB
Anggota Parlemen Koalisi Ke Klub Malam Di Tengah Pembatasan Covid-19, PM Jepang Minta Maaf
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga/Net
rmol news logo Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menyampaikan permintaan maaf karena anggota parlemen dari koalisinya pergi ke klub malam di tengah pembatasan sosial yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Suga mengaku menyesal mengetahui ulah dari anggota parlemen tersebut.

"Saya sangat menyesal hal ini terjadi ketika kita meminta orang untuk tidak makan di luar setelah jam 8 malam, dan untuk menghindari acara yang tidak penting dan mendesak," kata Suga pada Rabu (27/1).

"Setiap anggota parlemen harus memberi contoh perilaku untuk mendapatkan pemahaman publik," tegasnya, seperti dikutip Reuters.

Dari laporan majalah Daily Shincho, anggota parlemen dari koalisi pemerintah disebutkan telah mengunjungi dua klub malam di distrik Ginza, Tokyo, setelah makan di sebuah restoran Italia pada Senin (25/1).

"Perilaku saya ceroboh saat kami meminta orang untuk bersabar," kata seorang anggota parlemen senior dari Partai Demokrat Liberal, Jun Matsumoto yang ikut melanggar pembatasan sosial.

Selain Matsumoto, anggota parlemen dari partai Komeito, Kiyohiko Toyama juga manyampaikan permintaan maafnya setelah mengunjungi klub malam di Ginza pada Jumat malam (22/1).

Bulan lalu, Jepang telah memberlakukan keadaan darurat di Tokyo dan sejumlah daerah lain yang mengalami lonjakan kasus Covid-19. Keadaan darurat itu mencakup agar restoran dan bar ditutup pada pukul 8 malam.

Di Twitter, warga Jepang menyampaikan rasa frustrasinya karena ulah para politisi yang melanggar pembatasan sosial.

"Ini hanya masalah waktu sebelum kemarahan publik meledak. Saya tidak ingin pembayaran tunai sebesar 100.000 yen, saya ingin mereka berhenti!" tulis seorang pengguna.

"Mereka sangat bodoh. Apakah mereka tidak memikirkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana publik melihatnya? Kalau tidak, mereka tidak memenuhi syarat untuk mewakili publik," sahut pengguna lain.

Tingkah para politisi tersebut juga membuat Suga yang kehilangan dukungan publik semakin banyak dikritik, khususnya dalam menangani pandemi Covid-19. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA