ICC: Butuh Bukti Lebih Banyak Untuk Buka Penyelidikan Kekerasan Minoritas Uighur Di China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 11 Desember 2020, 17:58 WIB
ICC: Butuh Bukti Lebih Banyak Untuk Buka Penyelidikan Kekerasan Minoritas Uighur Di China
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) meminta lebih banyak bukti kekerasan terhadap Uighur/Net
RMOL. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengaku masih membutuhkan lebih banyak bukti sebelum membuka penyelidikan atas dugaan genosida terhadap minoritas Uighur di China.

Dilaporkan The Guardian pada Jumat (11/12), ICC mengaku belum bisa melakukan penyelidikan skala penuh kreana bukti yang belum cukup.

Tetapi mereka yang mengajukan klaim adanya genosida telah mengatakan telah menyerahkan bukti tambahan ke ICC di Den Haag. Namun beberapa bukti ditunda karena belum bisa mengumpulkan dokumentasi seiring dengan tidak bisanya melakukan perjalanan ke XInjiang.

ICC sendiri diperkirakan akan mengumumkan keputusannya sekitar tanggal 14 hingga 16 Desember.

Pengaduan sendiri dilakukan atas nama pemerintah Turkestan Timur dan Gerakan Kebangkitan Nasional Turkestan Timur.

Meskipun China bukan penandatangan Statuta Roma yang menjadi dasar berdirinya ICC. Tetapi jika mengacu pada kasus Rohingya, maka penyelidikan dapat dilakukan.

Pengadilan sendiri mengatakan, kasus Rohingya telah mempengaruhi negara tetangganya Bangladesh yang merupakan anggota ICC.

"Ini adalah momen yang sangat penting. Jutaan korban Uighur yang menderita kekejaman yang mengerikan di tangan pejabat pemerintah China membutuhkan keadilan dan kami berharap ICC akan melakukan penyelidikan ini," ujar ketua tim pengacara Rodney Dixon.

"Kami akan memberikan bukti yang sangat relevan yang akan memungkinkan hal ini terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Kami sedang terlibat dengan kantor kejaksaan karena proses ini berlangsung dengan tujuan membuka penyelidikan penuh," lanjutnya.

China telah berulang kali menolak klaim telah menahan lebih dari 1 juta Uighur dan menyebut kamp-kamp yang digunakan adalah pusat pelatihan kejuruan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA