Berbicara di parlemen pada Rabu (7/10), Menteri Pertahanan Yen De-fa mengatakan, angkatan udara Taiwan telah melakukan manuver melawan China sebanyak 2.971 kali hanya untuk tahun ini dengan biaya Rp 13 triliun.
"Akhir-akhir ini tekanannya luar biasa. Mengatakan sebaliknya akan menipu orang," kata Yen, tanpa memberikan angka perbandingan tahun lalu, seperti dikutip
The Globe and Mail.
Yen juga mengatakan, angkatan udara Taiwan juga telah melakukan 4.132 latihan militer dan misi patroli reguler untuk tahun ini di tengah meningkatnya ancaman China.
Selain itu, untuk bulan ini, angkatan bersenjata Taiwan juga akan melakukan latihan di lepas pantai barat daya Taiwan, meskipun tidak akan menembak langsung.
Selain memperkuat personel, Taiwan juga saat ini sedang dalam proses pembenahan armada tempurnya.
Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) telah setuju untuk melakukan penjualan jet tempur F-16 senilai 8 miliar dolar AS ke Taiwan. Dengan kesepakatan tersebut, maka jumlah jet tempur Taiwan saat ini lebih dari 200 atau armada F-16 terbesar di Asia.
Peningkatan anggaran dan massifnya latihan militer serta modernisasi alutsista Taiwan dipengaruhi oleh semakin intensnya aktivitas militer China di dekat pulau tersebut.
Dalam beberapa minggu terakhir, jet tempur China telah melintasi garis tengah Selat Taiwan, yang biasanya berfungsi sebagai zona penyangga tidak resmi, dan menerbangkan beberapa misi ke zona identifikasi pertahanan udara barat daya Taiwan.
Insiden tersebut terjadi ketika dua pejabat tinggi AS melakukan kunjungan ke Taiwan yang selama ini dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.
BERITA TERKAIT: