Dilaporkan
Reuters, hampir empat juta orang di wilayah kedua negara yang berdekatan terdampak banjir. Sementara korban hilang dan meninggal bertambah menjadi setidaknya 189.
Menteri Sumber Daya Air negara bagian Assam, Keshab Mahanta, mengatakan, lebih dari 2,75 juta orang diungsikan akibat tiga gelombang banjir besar yang terjadi sejak akhir Mei. Banjir tersebut juga telah merenggut 79 nyawa di sana.
"Situasi banjir tetap kritis dengan sebagian besar sungai mengalir mengancam di atas tanda bahaya," ujar Mahanta kepada
Reuters, Minggu (19/7).
Ia juga mengatakan, Sungai Brahmaputra yang meluap, yang mengalir melalui Tibet, India, dan Bangladesh di China, telah merusak tanaman dan memicu tanah longsor, menggusur jutaan orang.
Sementara itu di Nepal, pemerintah meminta penduduk di sepanjang dataran selatan pada Minggu untuk tetap waspada karena hujan lebat diperkirakan akan menghantam negara Himalaya itu.
Saat ini, banjir dan tanah longsor di Nepal sejak Juni sudah menewaskan 110 orang dan 100 lainnya luka-luka.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Nepal, Murari Wasti, mengatakan, jumlah kematian diperkirakan akan meningkat karena 48 orang masih hilang.
"Tim pencarian dan penyelamatan mencari orang-orang yang hilang di tempat yang berbeda, tetapi peluangnya tipis untuk menemukan mereka hidup," ujar Wasti.
Warga di 26 dari 77 distrik di Nepal pun terpaksa mengungsi karena rumah-rumah mereka hanyut dan tersapu longsor.
Tanah longsor dan banjir bandang memang fenomena yang biasa di Nepal dan India selama musim hujan tahunan Juni hingga September. Namun kali ini situasi sangat sulit karena keduanya juga harus bergulat dengan pandemik Covid-19.
Per Minggu, India saja sudah melaporkan hampir 1,1 juta kasus Covid-19 dengan 26.816 kematian.
BERITA TERKAIT: