PM Scott Morisson Dapat Kritikan Pedas Menyangkal Sejarah Perbudakan Di Australia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 12 Juni 2020, 11:55 WIB
PM Scott Morisson Dapat Kritikan Pedas Menyangkal Sejarah Perbudakan Di Australia
Perdana Menteri Australia Scott Morrison/Net
rmol news logo Para ahli sejarah, anggota parlemen dan juga aktivis Aborigin di Australia terkejut dengan pernyataan Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Mereka kecewa karena Morrison tidak mengakui adanya sejarah perbudakan di Australia.

Sharman Stone, pengajar politik di Monash University, mengingatkan bahwa semua sejarah terkait perbudakan di Australia terdokumentasi dengan baik.

“Perbudakan terhadap penduduk asli, lelaki, dan perempuan serta anak-anak terdokumentasi dengan baik,” kata Stone, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (11/6).

”Orang-orang yang diperbudak bekerja di sejumlah industri seperti penangkapan ikan dan juga sebagai pembantu rumah tangga,”  tambah Stone.

Sebelumnya, dalam sebuah diskusi perihal sejarah pendudukan oleh Inggris, Morrison mengklaim Australia tidak memiliki sejarah perbudakan. Ia malah mengakui bahwa masa-masa pendudukan oleh Inggris adalah salah satu periode yang brutal dalam sejarah Australia.

"Tidak pernah ada perbudakan di Australia," ujar Morrison dalam acara diskusi di tengah merebaknya sentimen rasial setelah insiden kematian George Floyd.
 
Peristiwa itu memunculkan protes besar-besaran di seluruh Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat dan Asia. Aksi protes itu menjadi gerakan Black Lives Matter, yang kemudian memicu munculnya isu perlakuan sewenang-wenang aparat Australia terhadap warga Aborigin.

Sejumlah warga Aborigin dilaporkan tewas setelah ditahan polisi di Australia.

Tidak hanya menyangkal sejarah perbudakan di Australia, Morisson juga mengkritik gerakan menurunkan patung-patung yang dirasa rasis atau terkait perbudakan. Menurutnya, gerakan-gerakan tersebut terlalu politis. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA