Menurut seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan identitasnya, Washington sudah melakukan pendekatan dengan Inggris, Prancis, dan Jerman yang merupakan anggota Dewan Keamanan PBB. Ketiga negara tersebut juga mendukung perjanjian nuklir 2015 dengan Iran yang mencegah adanya pengembangan senjata nuklir.
Pejabat tersebut mengonfirmasi, AS telah merancang sebuah darft resolusi untuk memperpanjang embargo senjata. Draft resolusi tersebut pun sudah diberikan kepada Inggris, Prancis, dan Jerman.
Namun, 11 anggota dewan lainnya, termasuk Rusia dan China masih belum mendapatkan draft resolusi tersebut.
"Itu akan mati ketika muncul," ujar seorang diplomat PBB yang enggan disebutkan namanya memprediksi.
Sesuai dengan aturan, sebuah draft baru bisa menjadi resolusi DK PBB jika disetujui oleh sembilan negara tanpa veto dari China, Rusia, AS, Inggris, dan Prancis.
Jika AS berusaha untuk meloloskan draftnya, maka harus mendapatkan persetujuan dari Rusia dan China yang beberapa waktu terakhir vokal untuk mengurangi sanksi terhadap Iran.
Namun, dimuat
Reuters, jika DK PBB tidak meloloskan draft resolusi tersebut, AS akan mencoba apa yang disebut dengan "snapback" dari semua sanksi AS terhadap Iran.
Meski begitu, hal tersebut tentu akan memicu kritikan, pasalnya pada 2018, Presiden Donald Trump telah mengeluarkan AS dari perjanjian nuklir 2015.
"Sangat sulit untuk menampilkan diri anda sebagai pengawas kepatuhan dari sebuah resolusi yang anda putuskan untuk dicabut," kata seorang diplomat Eropa, yang berbicara dengan syarat anonim.
BERITA TERKAIT: