IEC memastikan baru akan mencabut pemadaman listrik tersebut setelah Palestina melunasi utang.
Pernyataan IEC tersebut diungkapkan pada Rabu (22/1). Hal serupa sempat diumumkan IEC pada 18 Desember lalu.
Pada saat itu IEC memadamkan listrik di Tepi Barat selama 3 jam untuk menekan Jerusalem District Electricity Company (JDECO) melunasi pembayaran senilai 519 juta dolar AS atau setara dengan Rp 7 triliun (Rp 13.659/dolar AS).
Pemukiman warga Palestina di Tepi Barat sendiri memang sangat bergantung pada listrik dari IEC. Di sana, IEC memasok 95 persen pasokan listrik mereka. Ketika pemadaman dilakukan, mempengaruhi 130.000 orang yang berada di Kota Ramallah dan Bethlehem.
"(Perusahaan akan menghentikan pemadaman) setelah JDECO mentransfer 740 juta shekel Israel (setara dengan Rp 2,9 triliun, kurs: Rp 3.956/shekel) dari utang yang diakumulasikan oleh Otoritas Palestina sejak 2016," ujar Ketua IEC, Yiftah Ron-Tal.
Seperti yang dilaporkan
Reuters, selama ini JDECO membeli listrik dari IEC untuk kemudian menjualnya kembali ke pelanggan di Tepi Barat.
Untuk melunasi utang, Asisten Manajer Umum JDECO, Mansour Nassar, mengungkapkan pihaknya telah menandatangani perjanjian pinjaman dengan beberapa bank Palestina.
Selain itu, pemerintah Palestina juga tengah berupaya untuk mengurangi ketergantungan kepada Israel.
Saat ini negara tersebut sedang menjajaki proyek-proyek energi alternatif yang didanai oleh sektor swasta dan rencananya akan membangun pembangkit listrik mandiri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: