Seperti yang dilakukan maskapai Air Tanzania yang memilih menangguhkan seluruh penerbangan ke Johannesburg sementara waktu.
"Kami memutuskan untuk tidak mengangkut penumpang ke tujuan di mana nyawa mereka (penumpang) akan berada dalam bahaya," kata Menteri Transportasi Tanzania, Isack Kamwelwe dilansir
Al Jazeera, Jumat (6/9).
Ia menjelaskan, aksi massa dikhawatirkan akan mengancam para pelancong yang hendak mendarat di wilayah tersebut. Oleh karenanya, kebijakan tersebut dinilai perlu dilakukan sementara waktu hingga situasi kondusiif.
"Anda sadar bahwa ada kekerasan yang sedang berlangsung di Afrika Selatan di mana pemuda telah main hakim sendiri," sambungnya.
Pada Kamis kemarin (5/9), maskapai nasional Tanzania, Air Tanzania juga telah menangguhkan penerbangan ke Johannesburg dari Dar-es-Salaam dengan alasan tidak ingin mengambil risiko bagi penumpangnya.
Hal ini buntut unjuk rasa pekan lalu di Afrika Selatan yang dipicu oleh xenophobia di Johannesburg. Unjuk rasa ini berubah menjadi kerusuhan dan menewaskan sedikitnya tujuh orang dan menghancurkan properti dan bisnis milik asing. Sudah 400 orang yang ditangkap karena kejadian ini.
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor mengatakan, pemerintah menyadari adanya afrophobia yang didorong oleh kebencian. Oleh karenanya pihaknya sedang berupaya untuk memulihkan ketenangan dan berusaha untuk berhubungan dengan negara-negara Afrika lainnya.
"Ada penargetan orang Afrika dari bagian Afrika lain, kami tidak bisa menyangkal itu," ujar Pandor.
BERITA TERKAIT: