Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif dalam cuitan di Twitter (Selasa, 30/7), menuding bahwa "B-team" kerap mendorong Trump ke dalam jurang konflik dengan membentuk klaim tidak berdasar.
"B-team" yang dimaksud Zarif adalah orang-orang penting di lingkaran Trump, yang memiliki inisial nama "B". Salah satunya adalah penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton.
Bersamaan dengan cuitan terbaru Zarif di Twitter itu, dia melampirkan tangkapan gambar opini tertanggal 11 September 2017 yang ditulis oleh Bolton berjudul
"Iran Deal Devotees try in vain to save a sinking ship".
Dalam opini itu, Bolton menuding bahwa perjanjian nuklir Amerika Serikat dengan Iran memiliki banyak kelemahan.
Bolton menulis, pendukung perjanjian nuklir Iran 2015 Barack Obama, selama dua tahun terakhir (2015 hingga 2017) telah mencoba hampir segalanya untuk mempertahankan perjanjian dengan Iran.
Meskipun demikian, selain ada kelemahan dalam hal istilah, struktur, implementasi dan kekeliruan strategi dasar dalam perjanjian itu, Bolton menuding bahwa perilaku Iran tidak dapat dikendalikan.
"Pada tingkat yang paling dasar, para penganut perjanjian mengabaikan betapa ambigu dan buruknya kata-kata itu, yang memungkinkan Iran memiliki garis lintang yang luar biasa untuk terus memajukan program senjata nuklir dan rudal balistiknya tanpa bahkan secara teknis melakukan pelanggaran," tulis Bolton.
Dia menambahkan, penganut perjanjian itu dianggap mengabaikan pelanggaran aktual Iran, seperti melebihi batas pengayaan uranium, produksi air berat dan kapasitas
centrifuge canggih.
"Setelah pertama-tama berdebat dengan sengit bahwa tidak ada pelanggaran, mereka sekarang menyatakan bahwa pelanggaran itu tidak signifikan," tambahnya.
Sementara itu, Zarif, dalam cuitan di Twitter dengan melampir tangkapan gambar soal opini itu menilai bahwa Trump haruslah menolak klaim sejarah palsu yang digaungkan oleh B-team.
"Trump: tolak sejarah palsu B-team dan kehausannya akan perang," tulis Zarif di akun Twitternya.
BERITA TERKAIT: