Hal itu disampaikan Dubes Mohammadi yang akan purnatugas pada 15 Agustus mendatang. Sebelum kembali ke negaranya, ia menggelar perpisahan dengan para awak media di kediamannya, Jalan Madiun Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat malam (26/7).
Dalam suasana yang akrab dan bersahabat, para awak media berkumpul dan duduk membentuk lingkaran yang berhadapan dengan Dubes Mohammadi.
“Sebelum meninggalkan Indonesia, apabila saya tidak jumpa dengan teman-teman wartawan itu merupakan sebuah kedzaliman terhadap diri saya sendiri,†ungkapnya.
“Akhir dari interaksi kita di setiap momen membawa sebuah perasaan yang begitu dekat dan kami merasa dianggap menjadi sahabat satu sama lainnya,†sambungnya.
Budaya, bahasa, dan seni Indonesia menjadi hal pertama yang ia kenal dan pelajari saat-saat awal ditugaskan ke Indonesia. Melalui pembelajaran itu lah Indonesia dinilai memiliki faktor x dalam menjalin kerja sama dengan negara lain.
“Saya menemukan Indonesia sebagai negara yang memiliki kemampuan serta peluang untuk bekerja sama dengan berbagai belahan dunia. Mulai dari negara-negara tetangga, dunia Islam, negara berkembang, hingga negara maju,†ungkapnya.
Pada prinsipnya,banyak hal yang dapat dikerjakan dalam kerja sama antarnegara. Mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi-teknologi canggih, hubungan sosial, budaya, hingga perekonomian.
Namun sayangnya, kekurangan yang menjadi hambatan kerja sama bilateral saat ini adalah minimnya pengetahuan tentang potensi negara satu sama lain. Padahal, kata dia, hal itu sangat penting untuk memperluas hubungan.
“Untuk meningkatkan hubungan kedua negara dibutuhkan peningkatan pengetahuan. Namun kurangnya pengetahuan dan pengenalan terhadap satu sama lain menjadi faktor utama ketidakseimbangan kemampuan kedua negara," lanjut Dubes Mohammadi.
Atas dasar ini, ia berharap ada peran media untuk menginformasikan dan menyosialisasikan kemampuan satu sama lain. Hal ini ditegaskannya lantaran dunia tengah dihadapkan dengan tensi dan ketegangan, mulai dari kawasan Asia Pasifik yang terjadi perang dagang antara China dan Ameria Serikat, maupun persoalan Korea Utara dan juga di kawasan Timur Tengah.
“Di kawasan kami, yaitu Timur Tengah sudah menjadi persoalan baik ketegangan antara zionis Israel dan bangsa Palestina, maupun ketegangan yang baru-baru ini terjadi di Teluk Persia ataupun peperangan yang terjadi atas tanker di kawasan kami,†paparnya.
“Maka dari itu, di situasi yang seperti demikian, saya menganggap peran media bukan lagi sebagai peran yang penting, melainkan perang yang menentukan,†tutupnya.