Angka itu dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (5/7).
Termasuk di antara korban meninggal dunia itu adalah sekitar 60 migran yang ditahan dan meninggal dalam serangan udara di pusat penahanan migran di pinggiran Tripoli Tajoura awal pekan ini.
Dilansir dari
RMOLSumut.com, Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Haftar, sendiri diketahui menguasai wilayah Libya timur dan sebagian besar selatan negara. LNA melancarkan serangan pada awal April lalu untuk merebut ibukota dari pasukan yang loyal kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB.
Sejak saat itu, serangan udara dan pertempuran darat gencar dilancarkan.
WHO mencatat, hampir 1.000 orang tewas dan sekitar 5.000 lainnya cedera akibat serangan tiga bulan terakhir itu.
"Pemerintah Eropa tidak bisa berpura-pura Libya adalah tempat yang aman," begitu keterangan WHO seperti dimuat Al Jazeera.
Selain menyebabkan korban tewas, pertempuran itu juga telah memaksa lebih dari 100.000 orang untuk angkat kaki dari runah mereka. Situasi tersebut jelas memperburuk kondisi Libya yang telah diliputi konflik berkepanjangan sejak 2011.
BERITA TERKAIT: