Begitu penilaian kelompok HAM Human Rights Watch (HRW) pada hari Selasa (28/5).
Dalam laporannya, HRW menilai bahwa pasukan darat dan udara Mesir tahun lalu melancarkan operasi besar di Sinai untuk menghancurkan gerilyawan di belakang gelombang serangan terhadap warga sipil dan pasukan keamanan.
Presiden Abdel Fattah al-Sisi memerintahkan operasi itu setelah orang-orang bersenjata membunuh ratusan jamaah di sebuah masjid Sinai beberapa bulan sebelumnya.
Laporan HRW menuduh pasukan keamanan melakukan penangkapan sewenang-wenang termasuk anak-anak, serta melakukan penyiksaan, pembunuhan di luar hukum, hukuman kolektif dan pengusiran paksa.
Seorang juru bicara militer Mesir membantah laporan itu, dan mengatakan bahwa laporan dibuat dengan berdasarkan pada sumber tidak berdokumen.
"Angkatan bersenjata mempertimbangkan kehidupan warga sipil saat melaksanakan operasi militer terhadap unsur-unsur teroris dengan melakukan serangan udara di luar pusat-pusat populasi," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Dalam laporan setebal 134 halaman itu, HRW yang berbasis di New York mengatakan telah meneliti data dari tahun 2016-2018. Data dikumpulkan dengan berdasarkan wawancara dengan 54 penduduk Sinai Utara dan mantan pejabat pemerintah dan militer, serta pernyataan resmi.
HRW juga mendokumentasikan sekitar 50 penangkapan sewenang-wenang terhadap penduduk, termasuk 39 kasus di mana tahanan ditahan tanpa komunikasi di lokasi yang dirahasiakan.
Beberapa tahanan kemudian meninggal dalam tahanan karena perlakuan buruk dan kurangnya perawatan medis.
Laporan itu juga mendokumentasikan 14 kasus pembunuhan di luar proses hukum terhadap tahanan, dengan menggunakan metode yang cocok dengan kasus serupa yang dilaporkan dalam investigasi
Reuters yang diterbitkan pada bulan April lalu.
Namun dikabarkan
Reuters, belum ada tanggaoan resmi pemerintah Mesir atas laporan itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: