Keputusan itu diambil karena Belanda menilai program pemberian bantuan itu tidak memberikan hasil yang diharapkan.
"Kesempatan untuk cepat mengubah situasi (di Suriah) sangat kecil," begitu bunyi surat yang dibacakan di majelis rendah parlemen oleh Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok dan Menteri Perdagangan Luar Negeri Sigrid Kaag. Surat itu mengumumkan program dukungan bagi militan di Suriah.
Untuk diketahui bahwa program untuk mendukung kelompok-kelompok anti-pemerintah "moderat" di Suriah telah merugikan negara tersebut lebih dari 80 juta dolar AS selama bertahun-tahun.
Menurut dokumen tersebut, program itu gagal membawa hasil yang diharapkan.
Russia Today (Senin, 10/9) memuat, selama bertahun-tahun, Belanda mengalokasikan dana 29 juta dolar AS untuk apa yang disebut program "non-lethal assistance" atau NLA tersebut, Dari total tersebut, dana disumbangkan kepada apa yang disebut White Helmets dan program Akses ke Keadilan dan Layanan Masyarakat (AJACS). AJACS seharusnya dirancang untuk mendukung "polisi komunitas" bekerja di Suriah, khususnya yang disebut kelompok Polisi Suriah Gratis (FSP).
Menurut dokumen itu, dukungan untuk militan akan segera berakhir, namun White Helmets akan tetap didanai hingga Desember mendatang. White Helmet sendiri sekarang beroperasi hanya di provinsi Idlib, yang diyakini menjadi tujuan serangan oleh Tentara Suriah dan sekutu-sekutunya.
[mel]
BERITA TERKAIT: