Menlu Iran: AS Melancarkan Perang Psikologis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 27 Agustus 2018, 13:29 WIB
Menlu Iran: AS Melancarkan Perang Psikologis
Javad Zarif/Net
rmol news logo Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Amerika Serikat tengah melancarkan perang psikologis terhadap Teheran dan mitra bisnisnya.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi pada Iran mulai  7 Agustus lalu, hanya beberapa bulan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengundurkan diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan multilateral (JCPOA), juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.

"Fokus (Amerika) adalah pada perang psikologis terhadap Iran dan mitra bisnisnya," kata Javad Zarif dalam komentar yang dilaporkan pada hari Minggu (26/8) seperti dimuat Al Jazeera.

Perjanjian nuklir, yang dilaksanakan pada tahun 2016 mensyaratkan Iran mengurangi kapasitasnya untuk mengembangkan senjata nuklir dalam pertukaran untuk bantuan sanksi terbatas.

Perjanjian itu ditandatangani oleh Amerika Serikat, Uni Eropa serta beberapa negara kekuatan dunia lainnya serta Iran. Pada saat itu, perjanjian tersebut dianggap sebagai salah satu prestasi diplomatik terbesar Presiden AS Barack Obama.

Meski Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian itu, pihak lain yang terlibat perjanjian berusaha mencari cara untuk menyelamatkan perjanjian.

Uni Eropa telah berjanji untuk melindungi perusahaan-perusahaan yang berurusan dengan Iran dan telah mendesak Iran untuk terus menjaga sisi tawar-menawar.

Sementara itu Trump menginginkan kesepakatan yang lebih luas, yang membahas isu-isu seperti program rudal Iran dan keterlibatannya dalam beberapa konflik Timur Tengah, seperti di Suriah dan Yaman.

Zarif menekankan bahwa keputusan Trump menarik diri dari perjanjian itu telah merugikan Amerika Serikat.

"Sejak saat Trump mengumumkan penarikan dari kesepakatan nuklir, Amerika belum dapat mencapai tujuannya," kata Zarif.

Menteri luar negeri Iran juga mengatakan kesepakatan nuklir telah menyebabkan konflik politik di Iran.

"Ada beberapa di negara yang, bukannya meletakkan dasar untuk menggunakan peluang yang disajikan oleh kesepakatan nuklir, memilih pertarungan politik. Dan pertarungan politik ini menyebabkan keputusasaan dan kekecewaan," sambungnya seperti dimuat Al Jazeera. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA